Sejarah & Pengantar ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR



Tugas resume buku
Teungku Muhammad
Hasbi Ash-Shiddieqy
 






Nama          : Mohammad Ali Nahdi
Nim            : M1721016
Kelas            : Reguler Malam
Prodi           : Manajemen Bisnis Syariah



STIES PUTERA BANGSA TEGAL
Jalan Prof. Muhammad Yamin, Kudaile, Slawi, Tegal, Central Java 52413

Pengantar
TA’RIF AL-KITAB, AL-QUR’AN DAN AL-WAHYU
1.      Ta’rif Al-Kitab

Al-kitab menurut bahasa bermakna yang ditulis. Kitab adalah Mashdar yang dimaknakan dengan dengan makna isim maf’ul yaitu maktub = yang ditulis. Surat yang ditulis untuk dikirim kepada seseorang juga disebut kitab. Bahkan orang Arab juga memaksudkan perkataan kitab dengan belajar menulis (maktab).
Dalam ‘urf syara’, kitab diartikan dan dimaksudkan kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, Yakni Al-qur’an. Maka ta’rif Al-Kitab, sama dengan ta’rif Al-Qur’an.

2.      Ta’rif Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yng dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru = yang dibaca. Menurut istilah ahli agama (‘urf syara’) ialah nama bagi kalamullah ynag diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang ditulis dalam mashhaf. para ahli ushul fiqh menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah nama bagi  keseluruhan Al-Qur’an dan nama untuk bagian-bagiannya.
Ringkasnya dapat kita katakan bahwa Al-Qur’an itu wahyu illahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.  Yang telah disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir orang yang mengingkarinya.
Kemudian apabila pengertian-pengertian kata Qur’an ditinjau lebih jauh maka terdapat lima pendapat.
Pertama, pendapat Asy-Syafi’y yaitu lafad Al-Qur’an yang dita’rifkan dengan al tidak berhamzah dan bukan diambil dari sesuatu kalimat lain tidak diambil dari qara’tu = aku telah membaca.
Kedua, pendapat yang yang dinukilkan dari Al-Asy’dan beberapa golongan lain yaitu lafad Qur’an diambil dari lafad qarana yang berarti mengabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Ketiga, pendapat Al-Farra’ yaitu lafad Qur’an diambil serangkai dari qara’in (qarinah-qarinah), mengingat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lainnya saling membenarkan.
Keempat, pendapat Az-Zajjah yaitu Qur’an itu sewazan (seimbang) dengan fu’lan. Yaitu harus dibaca dengan bunyi Qur’an (dengan berhamzah).
Kelima, pendapat Al-Lihyany dan segolongan ulama mengatakan bahwa lafad Qur’an itu bermakna yang dibaca mashdar (dinamakan dengan issim ma’ful).
Beberapa nama Al-Qur’an
1.      Al-kitab
2.      Al-Furqan
3.      Adz-Dzikr

3.      Sebab Al-Qur’an dinamai Al-Qur’an, Al-Kitab, Al-Furqan dan Adz-Dzikr
Apabila kita perhatikan sebab-sebab Al-Qur’an dinamai dengan nama-nama tersebut, karena ia dibaca. Dinamai Al-Furqan karena dia menceraikan yang benar dari yang salah atau membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Dinamai dengan Al-Kitab adalah karena dia ditulis. Dan dinamai dengan Adz-Dzikr karena dia suatu perintah dari Allah. Tuhan menerangkan didalamnya yang halal, haram, hudud, faraidh, dan karena dia suatu sebutan yang mulia.
Az-Zarkasyi dan As-Sayuthi menyebutkan lima puluh lima nama bagi Al-Quran adalah kitabnya Al-Itqan.
4.      Al-Qur’an dan Al-Qira’at Dua Hakikat yang Berlainan

a.       Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Untuk menjadi pedoman hidup dan untuk melemahkan bangsa Arab yang terkenal petah lidahnya (fasih) dan tinggi susunan bahasanya.
b.      Al-Qira’at ialah perbedaan lafad-lafad wahyu mengenai huruf dan cara-cara menyembunyikannya, seperti tidak mentasyidkan, mentasydidkan dan lain-lain sebagainya.

5.      Hakikat Al-Qur’an
Para mutakaallimin meenetapkan bahwa hakikat Al-Quran ialah makna yang berdiri pada dzat Allah. Ulama-ulama mu’tazilah berpendapat bahwa hakikat Al-Qur’an ialah huruf-huruf dan suara yang dijadikan Allah, yang setelah berwujud lalu hilang adan lenyap.
6.      Ta’rif Al-Wahyu
Menurut para ahli tafsir, kalam dan ahli lughah bahwa wahyu adalah yang dibisikan ke dalam sukma, di-ilham-kan dan isyarat cepat yang lebih miriip kepada dirahasiakan daripada dizhahirkan.
Wahyu menurut ilmu bahasa ialah isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surat dan tulisan, sebagaimana bemakna pula segala yang kita sampaikan kepada orang lain untk diketahuinya.
Wahyu menurut istilah ialah sebutan bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada Nabi-nabi-Nya sebagaimana dipergunakan juga untuk lafad Al-Qur’an.
Wahyu Allah kepada Nabi-nabi-Nya ialah pengetahuan-pengetahuan yang Allah tuangkan ke dalam jiwa Nabi dan disampaikan kepada manussia untuk menunjukan dan memperbaiki mereka di dalam kehidupan dunia serta membahagiakan mereka di akhirat.
Penyampaian wahyu adakalanya dengan menurunkkan kitab, seperti At-Taurat, menurut pendapat sebagian orang, atau dengan mengutus malaikat jibril seperti wahyu Al-Qur’an, atau dengan memimpikan seperti mimpi-mimpi Nabi di permulaan nubuwwah-Nya atau dengan jalan meng-ilham-kan atau dengan jalan yang lain.
7.      Hakikat wahyu
Al-Qusyairi dalam Risalah al-Qusyary menerangkan bahwa wahyu itu menerima pembicaraan secara rohani kemudian pembicaraan itu berbentuk kemudian ditulis di hati atau wahyu itu limpahan ilmu yang Allah tuangkan ke dalam hati Nabi dengan perantara pena pengukir yang disebut akal fa’al atau malak muwaarrab. Kekuatan itulah yang menggambarkan ilmu itu dalam bentuk haraf.
8.      Perbedaan Wahyu dengan Ilham

Sebagian ulama berpendapat bahwa wahyu adalah menuangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa yaang meinta supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak terlebih dahulu dilakukan ijtihad dan menyelidikin hujjah-hujjah agama.
Ilham itu suatu  perasaan halus yang diyakini  jiwa dan terdorong untuk memenuhinya dengan tidak merasa dari mana datangnya. Dia lebih mirip kepada perasaan lapar, haus, gundah, dan senang.
Ilham dari kasyaf ma’nawy sedangkan wahyu dari kasyaf syududy yang mencakup kasyaf ma’nawy.

9.      Perbedaan Ilham dengan Ta’lim
Ta’lim bersandar kepada pengetahuan dan penyelidikan. Ilham tidak disandarkan dan tiddak pula bersandar kepada pengetahuan yang hasil dari menyelami dalil-dalil agama, adalah goresan-goresan hati yang diciptakan Allah dalam jiwa orang yang berakal lalu ia sadar dan  memahamkan maksud dengan secepat mungkin. Oleh karena itu wahyu kepada lebah dengan ilham bukan dengan ta’lim.


10.  Martabat-Martabat Wahyu (Martabat-Martabat Ta’lim) Yang Disebut Dalam Al-Qur’an

a.       Memberitahukan dengan tidak memakai perantara
Mimpi Nabi yang shadiqoh (yang benar), termasuk kedalam bagian ini.
b.      Memberitahukan dengan jalan melahirkan terlebh dahulu sesuatau kepada Nabi, lalu tertujulah jiwa Nabi dengan sempurna kepada yang lahir itu dan terlepaslah Nabi dari segala kebimbangan alam.
c.       Menerima dari Allah dengan perantara malaikat yang dinamai Ar-Ruh al-Amin.

11.  Cara-Cara Wahyu Diturunkan Kepada Nabi Saw
Pertama, mimpi.
Kedua, dihembuskan ke dalam jiwa Nabi perkataan yang dimaksudkan.
Ketiga, gerincingan lonceng yang sangat keras.
Keempat, malaikat menyerupakan dirinya sebagai lelaki .
Kelima, jibril memperlihatkan dirinya pada Nabi dalam rupanya yang asli yang mempunyai 600 sayap.

Keenam, Allah berbicara dengan Nabi dari belakng hijab, baik nabi dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tertidur.

Ketujuh, israfil turun untuk membawa beberapa kaimat wahyu, sebelum jibril
datang membawa wahyu Al-Qur’an.















Bagian Petama
SEJARAH NUZUL AL-QUR’AN

Bab Pertama
AL-QUR’AN DI MASA NABI MUHAMMAD

1.      Hari Pertama Al-Qur’an Diturunkan Dan Tempatnya
Al-Quran diturunkan kepada Nabi ketika Nabi sedang berkhalwat di gua Hira pada hari senin, pertepatan dengan tanggal tujuh belas ramadhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad saw. (6 Agustus 610 M). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Al-Qur’an Allah menjadikan malm permulaan turun Al-Qur’an itu malam Al-Qadar yaitu malam yang tinggi kadarnya. Hal ini diakui dalam Al-Qur’an itu sendiri.
2.      Ayat-Ayat Yang Mula-Mula Diturunkan
ayat-ayat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi di dalam gua Hira ialah :
“ bacalah! Dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan tuhanmu yang paling mulia. Yang telah mengajarkaan manusia apa yang manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Al-‘Alaq[96]: 1-5)
Sesudah itu Allah menurunkan ayat:
“ wahau orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah khabar tajut dan besarkanlah tuhanmu, sucikanlah kainmu, jauhilah  berhala-hala dan janganlah kamu memberi  nikmat untuk memandang banyak nikmat-nikmat itu, dan bersabarlah karena tuhanmu. Apabila telah ditiup sangkakala, maka itulah hari yang sangat ssulit dan sukar, terhadap segala orang kafir tidaak pula mudahnya.” (QS. Al-Muddatstsir [74]: 1-10)
Kemudian wahyu b erhenti, tidak turun lagi. Menurut pendapat ibnu ishaq, tiga tahun lamanya wahyu tidak diturunkan. Dalam hal itu ada yang mengatakan dalam dua tahun setengah, ada yang mengatakan selama empat puluh hari, ada yang mengatakan selama limaa belass hari dan ada yang mengatakan selama tiga hari. Setelah nabi merasa kecewa karena tidak turun wahyu yang sangat dirindukannya, kemudian turunlah surat Adh-Dhuha.
3.      Hari Terakhir Al-Qur’an Diturunkan Dan Tempatnya
Kebanyakan ulama menetapkan bahwa hari terakhir turunnya Al-Qur’an ialah hari jum’at 9 Dzulhijjah tahun 10 H. Atau tahun 63 dari kelahiran Nabi (maret 632 M).
Pada saat itu Nabi sedang berwukuf di padang Arafah, mengerjakan haji yang terkenal dengan haji wada’. Kebanyakan ulama tafsir menetapkan bahwa sesudah hari itu Al-Qur’an tidak lagi diturunkan untuuk menerangkan hukum dan nabi pun hidup sesudahnya hanya selama 81 malam.
4.      Ayat Al-Qur’an Yang Terakhir Diturunkan
Ayat yang terakhir turun menurut pendapat jumhur adalah :
“ pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kapadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai islam itu jadi agaama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Menurut riwayat muslim dan ibnu abbas bahwa akhir surat yang diturunkan ialah surat An-Nashr. Demikianlah pendapat yang masyhur dalam kalangan ulama, dan disamping itu ada juga beberpa riwayat lain yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat. Riwayat-riwayat itu telah diterangkan oleh As-Sayuthy dalam Al-Itqan.
















Bab kedua
SOAL-SOAL YANG BERSANGKUTAN DENGAN NUZUL AL-QURAN

1.      Yang Menurunkan Al-Qur’an Dari Lauh Al-Mahfudh Ke Dunia
Dalam soal ini para ulama mempunyai tiga pendapat:
a.       Al-Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam Al-Qadar sekaligus, yaitu lengkap dari awal hingga akhir.
b.      Al-Quran diturunkan ke langit dunia dalam 20 kali lailah al-Qadar dalam 20 tahun atau dalam 23 kali lailah al-qadar dalam waktu 23 tahun, atau dalam 25 kali lailah al-qadar dalam 25 tahun.
c.       Permulaan al-Qur’an turunnya ialah di malam al-Qadar.

Menuurut anggapan jumhur lafad al-Qur’an tertulis di lauh al-Mahfudh, kemudian dipindah dan diturunkan ke bumi. Dengan demikian tidak ada lagi lafad-lafad Al-Qur’an di lauh al-Mahfudh.

2.      Makna Menurunkan Al-Qur’an

Para ulama berpendapat tentang cara malaikat menerima lafad Al-Quran dan menurunkannya.
Dan para ulama berelisih pendaapat pula tentang apakah yang diturunkan itu:
a.       Pendapat pertama, yang diturunkan itu lafad dan makna.
b.      Pendapat kedua, menetapkan bahwa jibril menurunkan makna saja.
c.       Pendapat ketiga, jibril menerima makna kemudian jibril mentakbirkannya dengan bahasa Arab.
      
3.      Nisbah Lafad Al-Qur’an
Segolongan ulama berkata :”lafad Al-Qur’an itu dinisbah kepada Allah. Allah menjadikannya dia lauh al-Mahfudh.”
Para muhaqqin berpendapat bahwa pendapat yang mendekati kebenaran dan keagungan Al-Quran ialah pendapat yang pertama. Itulah yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan kedudukan Al-Quran sebagai kalamullah dan sebagai nsuatu mukjizat.
4.      Rupa-Rupa Turunnya Al-Qur’an
untuk mengilangkan keraguan, disini kami menyatakan bahwa hakikat keadaan turun yang terdapat dalam kitab Allah ada tiga macam.
Pertama, turun yang ditegaskan bahwa diturunkan dari Allah.
Kedua, turun yang ditegaskan bahwa turu dari langit.
Ketiga, tidak dikaitkan dengan keduanya yaitu dari Allah dan dari langit.
5.      Cara-Cara Al-Qur’an Diturunkan
Al-qur’an diturunkan sedikit demi sedikit, berangsur-angsur, bukan sekaligus semuanya.
6.      Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Berangsur-Angsur
Hikmah al-qur’an diturunkan berangsur-angsur adalah seperti yang dijelaskan oleh Abu syamah dalam Al-mursyid al- wajiz.
Wahyu itu apabiloa diturunkan pada tiap-tiap waktu ada kejadian, tegulah hati orang yang menerimanya dan mereka tidak merasa jemu.
7.      Jangka Waktu Turun Al-Qur’an
Antara permulaan turunnya al-quran dengan penghabisannya, lamanya dua puluh tahun atau dua puluh tiga tahun, atau dua puluh lima tahun.
8.      Tahap-Tahap Turunnya Al-Qur’an

Pertama, masa nabi bermukim dimakkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari.
Kedua, diturunkan sesudah hijrah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari.

9.      Jumlah Surat Al-Quran Yang Turunn Di Makkah Dan Yang Turun Di Madinah

a.      Surat-surat Makkiyah menurut tertib turunnya
Dibawah ini dipaparkan surat-surat Makkiyah menurut tertib turunnya berdasarkan keterangan sebagian ulama.
1.      Al A’laq,
2.      Al Qalam,
3.      Al Muzammil,
4.      Al Muddatstsir,
5.      Al Fatihah,
6.      Al Lahab,
7.      At Takwir,
8.       Al A’la,
9.       Al Lail,
10.  Al Fajr,
11.  Adl Dhuha,
12.  Al Insyirah,
13.   Al ‘Ashr,
14.  Al ‘Adiyat,
15.  Al Kautsar,
16.   At Takatsur,
17.  Al Ma’un,
18.   Al Kafirun,
19.   Al Fiil,
20.  Al Falaq,
21.  An Nas,
22.   Al Ikhlas,
23.   An Najm,
24.   ‘Abasa,
25.   Al Qodar,
26.  Asy Syamsu,
27.   Al Buruj,
28.  At Tin,
29.   Al Quraisy,
30.  Al Qariah, Al Qiyamah,
31.  Al Humazah,
32.  Al Mursalat,
33.  Qaf,
34.  Al Balad,
35.  Ath Thariq,
36.   Al Qamar,
37.  Shad,
38.   Al A’raf,
39.   Al Jin,
40.  Yasin,
41.   Al Furqon,
42.  Father,
43.  Maryam,
44.  Thaha,
45.   Al Waqiah,
46.  Asy Syu’ara,
47.   An Naml,
48.  Al Qashash,
49.   Al Isra’ Yunus,
50.   Hud, Yusuf,
51.   Al Hijr,
52.  Al An’am,
53.  Ash Shaffat,
54.  Luqman,
55.  Saba,
56.  Az Zumar,
57.  Ghafir,
58.   Fushshilat,
59.  As Syura,
60.  Az Zukhruf,
61.  Ad Dukhan,
62.   Al Jaatsiyah,
63.   Al Ahqaf,
64.  Adz Dzariyat,
65.   Al Ghasyiyah,
66.  Al Kahf,
67.  An Nahl,
68.  Nuh, Ibrahim,
69.  Al Anbiya,
70.   Al Mu’minun,
71.  As Sajdah,
72.   Ath Thur,
73.  Al Mulk, Al Haqqah,
74.  Al Ma’arij,
75.   An Naba,
76.   An Nazi’at,
77.   Al Infithar,
78.   Al Insyiqaq,
79.   Ar Rum,
80.   Al Ankabut,
81.   Al Muthaffifin.
Menurut Al Khudary, ada lima lagi surah yang termasuk Makkiyah, namun para ulama lain memasukkan surah tersebut ke dalam golongan Madaniyah. Lima surah tersebut adalah:
1.      Az Zalzalah,
2.       Ar Ra’d,
3.       Ar Rahman,
4.       Al Insan,
5.       Al Bayyinah.
Sementara surah-surah Madaniyah menurut tertib turunnya adalah sebagai berikut:
1.      Al Baqarah,
2.       Al Anfal,
3.      Ali Imron,
4.      Al Ahzab,
5.      Al Mumtahanah,
6.       An Nisa,
7.       Al Hadid,
8.      Al Qital,
9.      Ath Thalaq,
10.  Al Hasyr,
11.   An Nur,
12.   Al Haj,
13.  Al Munafiqun,
14.  Al Mujadalah,
15.   Al Hujurat,
16.  At Tahrim,
17.  At Taghabun,
18.  Ash Shaf,
19.   Al Jumu’ah,
20.  Al Fath,
21.  Al Maidah,
22.  At Taubah,
23.  An Nashr.
10.  Ciri-Ciri Surat Yang Diturunkan Di Makkah Dan Maadinah
ayat-ayat yang diturunkan di makkah mempunyai beberapaciri :     
pertama, ayat-ayat makkiyah itu pendek-pendek dan dinamai ayat-ayat qishar. Sedangkan ayat-ayat madaniyah panjamh-panjang dan dinamai ayat-ayat thiwal.
Kedua, kebanyakan firman Allah dalam surat madaniyah dimulai dengan  perkataan “ wahai orang-orang yang beriman”. Sedangkan surat makiyah dimulai dengan perkataan “ wahai manusia”
 Ketiga, ayat-ayat makiyah kebnayakan mengandung soal tauhid, soal kepercayaan, adanya Allah. Sedangkan ayat-ayat hukum yang jelas kandungannya kebnayakan turun di madinah.
11.  Jumlah Isi Al-Qur’an
Al-quran mengandung 114 surat dan jumlah ayatnya 6236.
Jumlah kosakata menurut hitungan sebagaian para ahli berjumlah 74.437, seedangkan huruf terdiri dari 325.345.
Menurut jumhur ulama kecuali golongan syi’ah menetapkan bilangan saurat sebanyak 114. Sedangkan golongan syi’ah menetapkan 116. Mereka memasukan surat qunut yang dinamai surat al-Khal dan Al-hafd.
12.  Pengertian Surat Dan Pengambilan Nama-Namanya
Para sahabat membagi surat-surat al-quran kepada 4 bagian:
A.    As-sab’u at-thiwal, yang memang panjang dari yang lain.
B.     Surat-surat yang terdiri dari seratus ayat atau lebih
C.     Surat-surat yang kurang dari seratus ayat yang diberi nama al-matsani
D.    Surat-surat pendek yang dinamai al-mufashshal.
13.  Kata-Kata Pembuka Surat
Dua puluh Sembilan surat al-quran dimulai dengan huruf-huruf hija’y
14.  Pengertian Ayat
Ayat menurut ilmu bahasa diartikan tanda. Menurut istilah adalah beberapa jumlah atau susunan perkataan yang mempunyai awal dan akhir yang dihitung sebagai bagian dari surat.
15.  Sebab-Sebab Peselisihan Ulama Dalam Menghitung Ayat
Disebabkan karena mereka memandang fawatih as-suwar =  ulama tidak menghitung suatu ayat sendiri.
16.  Susunan Ayat Dan Susunan Surat
Mengenai tertib surat maka menurut pemeriksaan para muhaqqin dilakukan oleh badan penyusunan mushaf yang dibentuk oleh utsman.
17.  Sebab-Sebab Turun Ayat
Kejadian-kejadian yang terjadi sebelum al-quran diturunkana dinmaai dengan sebab-sebab turun ayat atau asbab an-nuzul.
18.  Faedah-Faedah Mengetahui Sebab Nuzul
a.       Mengetahui hukum Allah secara tertentu.
b.      Menjadi penolong dalam memahami makna ayat al-quran.
19.  Jalan-Jalan Mengetahui Asbab An-Nuzul
Jalan-jalan mengetahui asbab an-nuzul ialah riwayat dan penjelasan orang yang turut menyaksikan suasana turun ayat.

20.  Pengertian Al-Quran Diturunkan Dalam 7 Huruf
Seorang muhaqqin berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh bahasa dari tujuh bangsa yang bukan nbangsa arab.
Bab ketiga
USAHA-USAHA RASULLAH DAN PARA SAHABAT MENYAMPAIKAN AL-QURAN
1.      Cara rasullah menyampaikan al-quran kepada sahabat dan menyuruh menulisnya
2.      Para penulis wahyu yang terkenal
3.      Sahabat-sahabat yang menghafal al-quran sepenuhnya
4.      Sahabat-sahabat yang mengajarkan al-quran
5.      Cara sahabat mengembangkan al-quran dan acara mempelajarinya.
6.      Pegangan umat dalam menukilkan al-quran











Bab keempat
RUPA-RUPA QIRAAT AL-QURAN
1.      Qiraat dan sejarah perkembangannya
Sebagian ahli tahqiq berpendapat bahwa berlainan qira’at itu bukan diterima dari wahyu tetapi akibat perbedaan lahjah yang disebut oleh masing-masing golongan arab
2.      Qari tujuh dari Qari sepuluh
Dan yang dipandang ahli qiraat tujuh diantara nama-nama yang tersebut adalah :
a.       Nafi Ibn Nu’aim Al-Madany
b.      Abdulah Ibn Katsir Al-Makky
c.       Abu Amer Ibn Al-Ala
d.      Abdullah Ibn Amir-Al-Yashaby
e.       Ashim Al-Asady
f.        Hamzah Ibn Habib Az-Zayyat
g.      Ali Ibn Hamzah Al-Kisa’y
3.      Contoh perbedaan qiraat dalam surat al-fatihah
·         Zaid Membaca Alhamda Lillahi
·         Al-Hasan Membaca Alhamda Lallahi
·         Al-Kisa’y Membaca Maliki Dengan Imalah
·         Ashim Membaca Malikun Yaumaddin


Bagian kedua
SEJARAH MENGUMPULKAN SHUHUF-SHUHUF AL-QUR’AN
Bab pertama
AL-QUR’AN DI MASA ABU BAKAR DAN UMAR
1.      Gerakan mengumpulkan shuhuf-shuhuf di masa abu bakar ash-shiddiq
Pada masa Nabi saw masih hidup, para sahabat menulis al-quran pada kepingan-kepingan tulang, pelepah-pelepah korma dan pada batu –batu.mereka menulis al-quran pada benda-benda tersebut karena kertas pada masa itu belum ada. Maka walaupun al-quran telah tekumpul semuanya dan ditulis pada benda-benda tersebut, tetapi suatu hal yang nyata, al-quran tidak terkumpul dalam suatu mushhaf.
2.      Al-quran di masa umar ra
Setelah abu bakar wafat, shuhuf-shuhuf itu dipegang oleh umar. Menurut suatu riwayat, umar menyuruh menyalin al-quran dari shhhuhuf-shuhuf itu pada masa suatu shahifah. Setelah umar wafat, shuhuf atau shahifah itu disimpan oleh anak beliau hafshah.

1.       









Bab kedua
AL-QUR’AN DI MASA UTSMAN
1.      Gerakan mengumpulkan shuhuf-shuhuf dalam satu mushhaf di masa utsman
Sesudah beberapa tahun berlalu dari pemerintahan utsman, timbul lah usaha dari pada sahabat untuk meninjau kembali shuhuf-shuhuf yang telah ditulis oleh zaid ibn tsabit.
Kemudian utsman bermaksud suapaya para umat memegang mushahaf yang sudah teratur sempurnam untuk menolak kerusakan-kerusakan yang timbul karena perselisihan.
2.      Sikap sahabat terhadap mushahaf utsman
Ada beberapa riwayat yang menerangkan bahwa utsmantidak menyita mushhaf-mushhaf yang ditulis oleh sahabat-sahabat besar.
Inilah kritikan mengenai mushhaf utsman dari segi bahwa ada isinya yang dipandang lebih dari mestinyaadapun kritik terhadapnya mengenai kekurangannya, maka kaum syi’ah menganggap bahwa dalam mushhaf utsman ada kekurangan dua surat.
3.      Apakah menulis al-quran itu bid’ah
Abu abdillah al-harits ibn atsar al-muhasbny telah menjawab soal ini yaitu menulis al-quran tidaklah sekali-kali bid’ah.








Bab ketiga
SEKITAR TULISAN AL-QURAN
1.      Bentuk tulisan yang diperjuangkan untuk menulis al-qur’an dan para ahli tulis di masa itu
Tulis menulis dalam kalangan orang Arab jahiliyah amat sedikit, yang mula-mula belajar menulis diantara porang arab ialah basyr ibn abd al-malik saudara ukaidir daumah. pada masa Abu Bakar al-Ṣiddīq raḍiya Allah ‘anhu, Al-Quran ditulis dalam beberapa lembaran yang disatukan. Penulisannya bersumber dari tulisan yang ditulis di hadapan Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam. Selanjutnya, pada masa Usman raḍiya Allah ‘anhu berdasarkan kondisi yang terjadi ditulis di beberapa mushaf. Penulisannya merujuk pada tulisan masa Abu Bakar raḍiya Allah ‘anhu. Hanya saja, ia meringkas tulisannya yang sesuai bahasa Quraish. Kami telah menjelaskan sebelumnya dalam bahasan penghimpunan Al-Quran, perkembangan penulisan Al-Quran dan pembukuannya..
2.      Mushhaf sesudah utsman
Ada riwayat menerangkan bahwa bilangan mushhaf yang diangkat atas ujung lembing dalam peperangan ali dengan muawiyah ada 300 buah banyaknya. Ini membuktikan bahwa penyalinan mushhaf sangat pesat dilakukan. Maka dengan berangsur-angsur lenyaplah mushhaf yang ditulis para sahabat dan tinggallah dalam tangan masyarakat mushhaf yang ditulis oleh utsman yang dinamai dengan mushhaf al-imam.
3.      Permulaan al-quran dicetak
Pertama dicetak di Hamburk, jerman pada tahun 1694 M di awal abad yang kedua belas dari hijriah.
4.      Cara menulis al-quran yang dipakai untuk menulisnya dilain mushhaf
Ada tiga pendapat :
a.       Kita tidak boleh sekali-kali menyalahi khath utsmani
b.      Tulisan al-quran bukan tauqify, bukan yang diterima dari syara.
c.        Menurut Pengarang at-tibyan dan pengarang al-burhan, kebolehan kita menulis al-quran untuk manusia umum.
Bagian ketiga
ILMU-ILMU AL-QURAN YANG PERLU DIPELAJARI OLEH PARA MUFASSIRIN DAN SEJARAHNYA

Bab pertama
ILMU-ILMU DIRAYAH DAN RIWAYAH AL-QURAN
1.      Pentingnya ilmu-ilmu Al-Quran
Untuk menafsirkan al-quran dan memahaminya dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya diperlukan ilmu-ilmu al-quran.
2.      Ulama-ulama yang mula-mula men-tadwin-kan ilmu-ilmu al-quran
Ali ibn Ibrahim ibn said terkenal degan nama al haufy (330H), dalam al-burhan fi ulum al-quran
3.      Pembahasan ilmu-ilmu al-quran yang pokok
a.       Auqat An-Nuzul Mawathin An-Nuzul
b.      Asbab An-Nuzul
c.       Tarikh An-Nuzul
4.      Bagian-bagian ilmu al-quran dan macam-macamnya
a.       Ilmu Mawathin An-Nuzul
b.      Ilmu Tawarikh An-Nuzul
c.       Ilmu Ashab An-Nuzul
d.      Ilmu Qira’at
e.       Ilmu Tajwid
f.        Ilmu Gharib Al-Quran
g.      Ilmu I’rab Al-Quran
h.      Ilmu Wujuh Wa An-Nazha’ir
i.        Ilmu Ma’rifah Al-Muhkam Wa Al-Mutasyabih
j.        Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh
k.      Ilmu Badai’ Al-Quran
l.        Ilmu I’jaz Al-Quran
m.    Ilmu Tanasub Ayat Al-Quran
n.      Ilmu Aqsam Al-Quran
o.      Ilmu Amsat Al-Quran
p.      Ilmu Jidal Al-Quran
q.      Ilmu Adab Tilawah Al-Quran












Bab kedua
PROBLEMA NASKH AL-QUR’AN
1.      pendapat-pendapat muhaqqin mengenai naskh al-qur’an
Mereka beralasan terkadang tanpa hikmah dan kadang pula ada hikmahnya. Tetapi baru diketahui setelah sebelumnya tidak diketahui. Alasan mereka tidaklah benar, sebab hikmah nasikh (yang menghapus) atau hikmah yang di-mansukh (yang dihapus) tentu sangat diketahui oleh Allah swt. Oleh karenanya, ketika Allah swt mengalihkan hambanya dari satu ketentuan hukum kepada ketentuan hukum yang lain sudah pasti terdapat kemaslahatan didalamnya. Sebenarnya kaum Yahudi mengakui bahwa syari`ah Nabi Musa a.s itu me-nasakh kepada hukum-hukum syari`ah sebelumnya dan memang dalam nash-nash Taurat terdapat beberapa Nasakh, seperti diharamkannya sebagian besar hayawan atas Bani Israil setelah sebelumnya diperbolehkan memakannya.
2.      Cara mentaufiqkan ayat-ayat yang dipandang berlawanan
Para ahli yang memperhatikan tafsir al-farkr ar-razy menyimpulkan bahwa mufassir besar itu condong kepada pendapat abu muslim a-ashfahany. Mengingat bahwa dasar menetapkan nasakh ialah bertentangan, maka apabila hilang pertentangan dengan sendirinya gugur pendakwahan nasakh itu.











Bagian keempat
SIFAT-SIFAT AL-QUR’AN, RUTBAH-NYA DAN MAKSUD-MAKSUDNYA
Bab pertama
SIFAT-SIFAT AL-QUR’AN
1.      Al-Qur’an member petunjuk untuk sepanjang masa
Allah menurunkan al-quran adalah untuk menjadi petunjuk kepada segenap mereka yang suka berbakti, untuk menjadi penyuluh kepada segala hamba yang tunduk dan menurut, untuk menjadi pedoman hidup manusia.
2.      Garis-garis besar petunjuk al-Quran
a.       Memperbaiki kepercayaan dan meluruskan I’tiqad.
b.      Melapangkan akhlak, mensucikan dan membersihkan budi pekerti.
c.       Menetapkan segala rupa hukum yang dihajati pergaulan hidup masyarakat bani insane di dunia.
3.      Asas-asas al-quran dalam mentasyri’kan hukum
a.       Tidak menyempitkan para mukallaf
b.      Tidak memberatkan
c.       Mewujudkan hukum
d.      Mula-mula secara ijmal
4.      Al-quran mempunyai keistimewahan yang tidak ada pada kitab-kibab lain
Al-quran sebagai kitab terakhir, sebagai penutup segala kitab yang sebelumnya mempunyai beberapa keistimewahan.
5.      Al-quran mempunyai uslub terindah, melemahkan orang yang ingin menantangnya
Menerangkan maksud-maksudnya dengan memakai susunan perkataan yang sangat fasikh dan menarik perhatian.
6.      Al-quran mengandung kisah yang menjadi pengajaran dan maksud al-quran membawa kisah-kisah itu.
Didalam al-quran kita mendapatkan banyak kisah nabi-nabi, rasul-raul, dan umat-umat terdahulu.
7.      Dalil-dalil kemukjizatan al-quran
Inilah yang dimaksud dengan kemukjizatan Al-Qur’an, yaitu ketidakmampuan manusia untuk membuat yang sepertinya, dalam segi balaaghah, tasyri’, dan berita-berita gaibnya. Allah Ta’ala, untuk memanas-manasi bangsa Arab (yang dikenal sebagai pakar keindahan bahasa dan jago balaaghah) dan sebagai tantangan agar mereka membuat yang seperti Al-Qur’an (dalam hal susunannya, makna-maknanya, dan keindahannya yang memukau dan tak tertandingi) walaupun hanya seperti satu surah darinya
Selanjutnya Allah SWT menegaskan hal ini dengan tantangan untuk membuat satu surah yang menyamai Al-Qur’an setelah mereka tidak mampu membuat yang seperti Al-Qur’an atau yang seperti sepuluh surah darinya. Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, ‘Buatlah sebuah surah yang semisalnya dengan surah (Al-Qur’an) dan ajaklah siapa saja diantara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (Yuunus: 38)
Ath-Thabari menulis, Sesungguhnya Allah Ta’ala, dengan kitab yang diturunkan-Nya, mengumpulkan untuk Nabi kita Muhammad saw. dan untuk umat beliau makna-makna yang tidak Dia kumpulkan dalam sebuah kitab yang diturunkan-Nya kepada seorang pun Nabi sebelum beliau, tidak pula untuk suatu umat sebelum mereka. Hal itu karena setiap kitab yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada salah seorang Nabi sebelum beliau hanya diturunkan-Nya dengan sebagian dari makna-makna yang kesemuanya dikandung oleh kitab-Nya yang diturunkan-Nya kepada Nabi kita Muhammad saw., misalnya, Taurat hanya berisi wejangan-wejangan dan perincian, Zabur hanya mengandung pemujaan dan pengagungan, serta Injil hanya berisi wejangan-wejangan dan peringatan. Tak satu pun dari kitab-kitab itu mengandung mukjizat yang menjadi bukti kebenaran Nabi sang penerima kitab tersebut.
8.      Sifat nyang menjadikan al-quran kitab yang kekal dan bersesuaian dengan segala tempat dan masa
Hal yang menjadikan al-quran berjalan terus sepanjang masa dan berlaku untuk seluruh tempat, karena al-quran mengemukakan kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang tidak berubah dengan berubahnya masa.

9.      Pembahasan al-quran
a.       Hukum-hukum aqaid
b.      Anjuran-anjuran untuk memperhatikan dan menyelidiki keadaan alam.
c.       Wa’ad da wa’id
d.      Kisah-kisah orang purbakala
e.       Hukum-hukum akhlaq
f.        Hukum-hukum amaliyah
10.  System al-quran menerangkan hukum
a.       Tegas
b.      Tidak terang
c.       Perintah dan larangan diiringi oleh targhib dan tarhib
d.      Pengulangan sesuatu hukum di beberapa tempat
11.  Cara-cara al-quran menetapkan hukum
a.       Secara mujmal
b.      Agak jelas, agak terperinci
c.       Jelas dan terperinci
d.      Menetapkan kaidah dan dasar-dasar yang umum





Bab kedua
BEBERAPA CONTOH USLUB AL-QURAN
1.      Uslub-uslub al-quran dalam menyeluruh
2.      Uslub-uslub al-quran dalam mencegah
3.      Uslub-uslub yang memberikan hak kepada kita mengerjakan atau tidak mengerjakan
4.      Perbedaan uslub alquran dan uslub hadits
Ditinjau dari jurusan ilmu bayan, badi’ ,dan ma’ani.















Bab ketiga
AL-QURAN DASAR ASASI YANG TERPOKOK BAGI ISLAM
1.      Kedudukan al-quran dalam dasar-dasar islam
Tidak ada khilaf sedikitpun diantara umat islam bahwa al-quran itu pokok assay bagi syariat islam dan sumber mata airnya.
2.      Bagian-bagian penerangan al-quran
a.       Am zhahir
b.      Am zhahir yang dikendaki am zhahir juga
c.       Am zhahir yang dikehendaki khash











Bagian kelima
            TA’ARIF TAFSIR, TAKWIL, KAIDAH-KAIDAH, ISTILAH-ISTILAH, DAN ILMU-ILMU YANG DIPERLUKAN UNTUK MENTAFSIRKAN AL-QURAN
Bab pertama
TA’RIF TAFSIR DAN TAKWIL
1.      Ta’rif tafsir
Ialah menerangkan dan menyatakan.
2.      Ta’rif takwil
Bermakna kembali dan berpaling.
3.      Perbedaan tafsir dak takwil
Tafsir berbeda dengan takwil pada ayat yang menyangkut soal umum dan khusus. Pengertian tafsir lebih umum daripada takwil, karena takwil berkenaan dengan ayat-ayat yang khusus, misalnya ayat-ayat mutasyabihat. Jadi mentakwilkan ayat-ayat al-qur’an yang mutasyabihat itu termasuk tafsir, tetapi tidak setiap menafsirkan ayat disebut takwil.
Bahwa tafsir adalah penjelas lebih lanjut bagi takwil.
Tafsir menerangkan makna lafazh (ayat) melalui pendekatan riwayat, sedangkan takwil melalui pendekatan dirayah (kemampuan ilmu).
Tafisr menerangkan makna-makna yang diambil dari bentuk yang tersurat (ibarat), sedangkan takwil dari yang tersirat (bilisyarah).
Tafsir berhubungan dengan makna-makna ayat atau lafazh yang biasa-biasa saja, sedangkan takwil berhubungan dengan makna-makna yang sakral dan ilmu-ilmu Ketuhanan.
Tafsir mengenai penjelasan maknanya telah diberikan sendiri oleh al-qur’an,sedangkantakwil penjelasan maknanya diperoleh melalui istinbath (penggalian) dengan memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya.
4.      Ta’rif ilmu tafsir ialah ilmu yang menerangkan tentang hal nuzul ayat, keadaan-keadaan,kisah-kisah, sebab-sebabnya, dll.
5.      Pokok pegangan dalam menafsirkan al-quran
a.       Hadits dan atsar
b.      Kaidah-kaidah bahasa arab dan uslub-uslubnya.
Bab kedua
ILMU-ILMU YANG DIPERLUKAN OLEH SEORANG PENAFSIR
1.      Ilmu-ilmu yang harus dimiliki oleh orang yang ingin menjadi mufasir
a.       Lughah arabiyah
b.      Gramatika bahasa arab
c.       Ilmu ma’ani
d.      Dapat menentukan yang mubham
e.       Mengetahui ijmal
f.        Ilmu kalam
g.      Ilmu qira’at
2.      Petunjuk ringkas bagi mereka yang hendak memahami dan menterjemahkan al-quran
Sungguh buruk sekali jika dalam memahami suseatu ayat berpegang kepada satu tafsir saja.










Bab ketiga
BEBERAPA ISTILAH TAFSIR
1.      Ta’rif istilah-istilah yang terpakai dalam tafsir dan dalam beristidlal
a.       Nash ‘am
b.      Khash
c.       Muthlaq
d.      Muqayyad
e.       Mujmal
f.        Musykil
g.      Khafy
h.      Mufassar mubayyan dan musahshal
i.        Muhkam
j.        Mutasyabith
k.      Nash
l.        Muawwal
m.    Zhahir
n.      Muhtamil
o.      Manthuq
p.      Mafhum
q.      Muradif
r.        Musytarok fihi
s.       Haqiqat
t.        Majaz
u.      Kinayah




















Bab keempat
TAFSIR DARI ABAD KE ABAB, SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR
1.      Tafsir dimasa nabi, di masa sahabat dan cara-cara para sahabat mengetahui tafsir
Dalam menafsirkan al-Qur’an, Rasulullah Salla Allah ‘Alayhi wa Sallam juga memiliki bentuk-bentuk tersendiri. Bentuk-bentuk penafsiran yang dilakukan oleh Rasulullah Salla Allah ‘Alayhi wa Sallam diantaranya adalah menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain
Tafsir pada masa ini mulai muncul setelah Rasulullah Salla Allah ‘Alayhi wa Sallam wafat. Sebelumnya pada waktu Nabi Ṣallallah Alayhi wa Sallam masih hidup, tak ada seorangpun dari sahabat yang berani menafsirkan Al Qur’an, hal ini karena Nabi masih berada di tengah-tengah mereka, sehingga ketika ditemukan suatu permasalahan, para sahabat cukup menayakannya kepada Nabi dan permasalahan tersebut akan selesai. Sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an cenderung pada penekanan arti lafadz yang sesuai serta menambahkan qawl (perkataan atau pendapat) supaya ayat al-Qur’an mudah dipahami.
Sifat tafsir pada masa-masa pertama ialah sekedar menerangkan makna dari segi bahasa dengan keterangan-keteranagan ringkas dan belum lagi dilakukan istimbaṭhukum-hukum fiqih.

2.      Sumber sumber tafsir di masa sahabat dan perselisihan mereka tentang menafsirkan al-quran berdasarkan ijtihad

Penjelasan-penjelasan itulah yang menjadi pokok-pokok pertama bagi penafsiran.

3.      Tafsir bi al-matsur dan tafsir bi ar-rayi wa al-ijtihad

a.       Madrasah ahl al-atsar
b.      Madrasah ahl ar-ray

4.      Sahabat-sahabat yang termuka dalam bidang ilmu tafsir

a.       Abu Bakar
b.      Umar Al-Faruq
c.       Utsman Dzun Nurain
d.      Ali Ibn Abithalib
e.       Abdullah Ibn Abbas
f.        Ubay Ibn Ka’ab
g.      Zaid Ibn Tsabit
h.      Abumusa Al-Asyary
i.        Abdullah Ibn Zubair

5.      Nilai- nilai hadits tafsir

Menurut kenyataan banyak diantara riwayat yang disandarkan kepada ibnu abbas ali juga kepada yang lain-lain adalah maudhu.

6.      Para tabi’in yang terkenal dalam bidang tafsir

Ialah murid-murid ibnu abbas dan murid-murid ibnu mas’ud.

7.      Ajl ar-rayi dan ahl al-atsar dalam kalangan tabiin

Ada yang menerima adana yang menolak tafsir bi al-ijtihad

8.      Israiliyyat dan nasharaniyyat

9.      Himpunan tafsir


10.  Tafsir dalam abad kedua hijrah

11.  Hadits-hadits tafsir dan pemisahnya dengan hadits yang lain

12.  Usaha mengumpulkan hadits-hadits tafsir


Tokoh-tokoh
a.       Sufyan Ibn Uyainah
b.      Waki Ibn Al-Jarrah
c.       Syuban Ibn Al-Hajjal
d.      Ishaq Ibn Rahawaih

13.  Tafsir mempunyai bentuk yang tertentu

14.  Tafsir-tafsir yang terkenal dalam abad kedua hijriyah

a.       Tafsir As-Suddy
b.      Tafsir Ibn Jurraj
c.       Tafsir Muqatil
d.      Tafsir Muhammad Ibn Ishaq
e.       Tafsir Ibn Uyainah
f.        Tafsir Waki Ibn Al-Jarrah




Bagian keenam

 

RIWAYAT HIDUP ULAMA-ULAMA AL-QURAN


Bab pertama
RIWAYAT HIDUP SAHABAT ULAMA AL-QURAN

1.      Sejarahpenulis Wahyu Dan Pemuka-Pemuka Sahabat Yang Menghafal Seluruh Al-Quran

a.       Abu Bkar Ash-Shiddiq
b.      Umar Bin Al-Khaththab
c.       Utsman Bin Affan
d.      Ali Bin Abi Thalib
e.       Amin Ibn Fuhairah
f.        Tsabit Ibn Qais
g.      Al-Mughirah Ibn Syubah
h.      Amer Ibn Ash
i.        Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan
j.        Yazid Ibn Abi Sufyan
k.      Az-Zubair Ibn Awwan
l.        Khalid Ibn Walid
m.    Al-Ala Al-Hadhramy
n.      Muhammad Ibn Maslamah
o.      Abdullah Ibn Mas’ud
p.      Salim Ibn Maqil
q.      Mu’adz Ibn Jabal
r.        Abu Darda
s.       Abu Zaid

2.      Sejarah Pengumpulan Shuhuf-Shuhuf Yang Dibentuk Oleh Khalifah Abu Bakar Dan Penyimpanan Mushaf

a.       Zaid Ibn Tsabit
b.      Abu Khuzaimah Al-Anshary
c.       Ubay Ibn Kaab
d.      Hafsha
e.       Khuzaimah Ibn Tsabit

3.      Sejarah Pengumpulan Al-Quran Yang Dibentuk Oleh Khalifah Utsman

a.       Abdullah Ibn Zubair
b.      Said Ibn Ash
c.       Abd Ar-Rahman Ibn Har
Bab kedua

RIWAYAT HIDUP ULAMA AL-QURAN SESUDAH SAHABAT

                                 
1.      Ulama-Ulama Yang Memperbaiki Tulisan Al-Quran

a.       Al-Ma’mun
b.      Al-Hasan Al-Bishry
c.       Ziyad Ibn Abihi
d.      Abu Aswad
e.       Nasher Ibn Ashim
f.        Al-Khalil Ibn Ahmad
g.      Yahya Ibn Yamura

2.      Ahli-Ahli Tulisan Arab

a.       Ali Ibn Hilal
b.      Abu Ali




























Bab ketiga

SEJARAH AHLI-AHLI TAFSIR DAN QIRA’AT


1.      Sejarah Pengarang-Pengarang Tafsir

a.       Ibn Jarir Ath-Thabary
b.      Abu Muslim Al-Ashfahany
c.       Ibnu Mundzir
d.      Az-Zajjaj
e.       Al-Wahidy
f.        Abu Hayyan
g.      Ats-Tsa’aliby
h.      Al-Qurthuby
i.        Al- Fakhr Ar-Razy
j.        Az-Zamakhsyary
k.      Ath-Thiby
l.        Al-Haufy
m.    Ibn Athiyah
n.      Al-Mursy
o.      Ibnu Jauzy
p.      Ibnu Aqil
q.      Al-Mawardi
r.        Al-Baidhawy
s.       Al-Jashshash
t.        Muhammad Rasyid Ridha
u.      Ibnu Al-Araby
v.      As-Sayuthy
w.    Al-Mahally
x.      Salim Ar-Razy
y.      Abusu’ud
z.       Ibnu Al-Munir
aa.   Al-Baghawy
bb.  Ibnu Katsir
cc.   An-Nasafy
dd.  Asy-Syarbiny
ee.   Al-Jamal

2.      Sejarah Ahli Ibnu Diroyah Al-Quran

a.       Al-Ashfahany
b.      Al-Qasim Ibn Salam
c.       Abu Al-Baqa Al-Ukhbary
d.      As-Sakhawy
e.       Al-Baqillany
f.        Ibrahim Al-Biqa’y
g.      Dr. Taufiq Shidqi

3.      Sejarah Maha Guru Qira’at

a.       Abu Amr Ibn Al-Ala
b.      Abdullah Ibn Katsir Al-Makky
c.       Naïf Ibn Nu’aim
d.      Ashim Al-Asady
e.       Abdullah Ibn Amir
f.        Hamzah Ibn Habib
g.      Ali Bin Hamzah Al-Kisa’y
h.      Abu Ja’far Yazid
i.        Yaqub Ibn Ishaq
j.        Khalal Ibn Hisyam

4.      Sejarah Ulama-Ulama Qira’at

a.       Harun Ibn Musa An.Nahwy
b.      Abu Amer Ad-Dany
c.       Abu Muhammad Qasim Asy-Syathiby


Comments