RESUME METODOLOGI STUDI ISLAM





Diajukan untuk memenugi salah satu tugas  Mandiri
Matakuliah                 : Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu       : Muhammad Masrukhan
Disusun Oleh :
Ahmad Faridz Anwar
Jurusan                        : Hukum Ekonomi Syariah
Kelas/semester            : HES B



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon – Jawa Barat 45132
                                        Telp : (0231) 481264,  Faxs : (0231) 489926
 2018



KATA PENGANTAR
METEDOLOGI STUDI ISLAM

Studi Islam, berkaitan dengan ajaran atau nilai Islam secara dogmatis dan aplikatif, bermanfaat untuk menilai tata nilai Islam dan merefleksikan nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Studi tentang nilai-nilai Islam melahirkan kritik mendalam tentang islam sebagai ajaran yang diberikan Allah SWT. kepada hamba-Nya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Kritik tersebut mendorong tumbuhnya kesadaran dan keyakinan mengenal kebenaran Islam. Dalam aspek perilaku umat, Islam yang diasumsikan sebagai cerminan nilai Islam dalam tataran sosial keagamaan, studi Islam melahirkan keragaman perilaku keagamaan yang sangat khas dan penuh makna sehingga perilaku umat Islam dapat dikonfrontasikan dengan nilai-nilai dan sumber ajaran Islam.
Studi keislaman (Islamic studies) merupakan disiplin ilmu yang membahas Islam sebagai ajaran, kelembagaan, sejarah, dan kehidupan umat Islam secara etnografis dan sosiologis. Ada lima bentuk gejala agama yang dapat diamati dan kemudian melahirkan studi Islam yang penuh dengan khazanah keilmuan, yaitu:
1.      studi teks, naskah, sumber ajaran, dan simbol-simbol;
2.      studi terhadap penganut, pemimpin, dan tokoh agama;
3.      studi mengenai ritual formal dalam Islam dan kelembagaan umat Islam;
4.      studi mengenal pranata Islam;
5.      studi mengenal organisasi atau institusi Islam.
Mengingat kurikulum baru yang berkaitan dengan mata kuliah Metode Studi Islam sudah mulai diberlakukan, sementara beberapa buku yang membahas mata kuliah Metode Studi Islam masih memiliki berbagai kekurangan, buku Metodologi Studi Islam yang ditulis oleh Saudara Dr. H. Koko Abdul Kodir, M.A. telah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan kurikulum terbaru yang dapat dijadikan buku pegangan mahasiswa di semua fakultas yang terdapat di Universitas Islam Negeri atau swasta di Indonesia, atau perguruan tinggi Islam yang berada di luar negeri, yang menjadikan metode studi Islam sebagai salah satu mata kuliah.
Saya menyambut baik kehadiran buku ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.

Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.


DAFTAR ISI

BAB 1 KONSEP DASAR METODOLOGI STUDI ISLAM
A.    Rasionalisasi
B.     Hakikat Metodologi Studi Islam
C.     Arti dan Ruang Lingkup Studi Islam
D.    Urgensi Mempelajari Studi Islam
E.     Pertumbuhan Studi Islam Dahulu dan Sekarang
BAB 2 PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM
A.    Hakikat Epistemologi Islam
B.     Sumber Pengetahuan  (Wahyu, Akal, dan Rasa)
C.     Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam
D.    Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
Kesimpulan
BAB 3 MANUSIA DAN KEBUTUHAN BERAGAMA
A.    Hakikat Agama
B.     Kebutuhan Manusia terhadap Agama
C.     Fungsi Agama dalam Kehidupan
D.    Doktrin Kepercayaan Agama
Kesimpulan
BAB 4 SUMBER DAN KARAKTERISTIK ISLAM
A.    Hakikat Sumber Ajaran Islam
B.     Sifat Dasar Ajaran Islam
C.     Karakter Islam: antara Normativitas dan Historisitas
D.    Islam dan Wacana Pembaharuan
Kesimpulan
BAB 5 ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU
A. HakikatWahyu Al-Quran
B. Fungsi Al-Quran
C. Hubungan Al-Quran dengan Hadis, Ijma dan Qiyas
D. Pendekatan Pokok dalam Studi Al-Quran
Kesimpulan


BAB 6 ISLAM DAN SEJARAH SOSIAL BUDAYA
A.    Hakikat Kebudayaan dan Agama
B.     Kelahiran Islam dan Sentuhan Budaya Arab Pra-Arab
C.     Islam sebagai Sistem Kebudayaan
D.    Pendekatan Pokok dalam Studi Budaya
Kesimpulan
BAB 7 ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH
A.    Hakikat Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
B.     Metode llmiah dan Struktur Pengetahuan llmiah
C.     Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
D.    Pendekatan Pokok Studi lImiah: Interdisiplin, Multidisiplin, dan Pengkajian Islam Secara Saintifik
Kesimpulan
BAB 8 PEN DEKATAN DALAM STUDI ISLAM
A.    Hakikat Pendekatan Studi Islam
B.     Bentuk Pendekatan Studi Islam
C.     Strategi Pendekatan Studi Islam
D.    Perkembangan Akhir Pendekatan Studi Islam
Kesimpulan
BAB 9 METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM
A.    Metodologi UlumulTafsirdan Ulumul Hadis
B.     Metodologi Filsafat danTeologi (Kalam)
C.     MetodologiTasawufdan Mistis Islam
D.    Metodologi Kajian Fiqh dan Kaidah Ushuliyah
E.     Metodologi Pemikiran Modern
F.      Metodologi Pendidikan Islam
G.    Metodologi Tekstual, Kontekstual, dan Metodologi Muqaranah Mazhab
Kesimpulan
BAB 10 DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM
A.    Konsep Dimensi-dimensi dalam Islam
B.     Munculnya Aliran Pemikiran dalam Islam
C.     Mengkritisi Aliran-aliran Pemikiran dalam Islam
D.    Kilas Balik Pemikiran Islam
Kesimpulan
BAB 11 MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN
A.    Hakikat Penelitian Agama
B.     Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
C.     Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan
D.    Model-model Penelitian Keagamaan
Kesimpulan
BAB12 PERBANDINGAN DALAM STUDI ISLAM: P05151 ISLAM DI
ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA
A.    Hakikat Perbandingan Agama
B.     Islam dan Perbandingan Agama Lain
C.     Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan
D.    Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam
Kesimpulan
BAB 13 STUDI KAWASAN ISLAM
A.    Hakikat Studi Kawasan Islam
B.     Studi Kritis terhadap Orientalisme dan Oksidentalisme
C.     Dunia Islam sebagai Objek Studi antara Timur dan Barat
D.    Problem dan Prospek Pendekatan Studi Kawasandalam Studi Islam dan Komunitas Muslim
Kesimpulan
BAB 14 ISLAM DAN GAGASAN UNIVERSAL
A.    Hakikat Islam dan Globalisasi
B.     Modernisme dan Puritanisme
C.     Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
D.    Islam Eksklusif, Inklusif, dan Islamisasi Sains
E.     Pluralisme Agama-agama
Kesimpulan
BAB 15 DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER
A.    Modernisme dan Post-modernisme/Neomodernisme
B.     Islam Liberal
C.     Islam Kultural dan Islam Struktural
D.    Post-tradisionalisme Islam, Jihad, dan Teror
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP DASAR METODOLOGI STUDI ISLAM

A.    Rasionalisasi
Gerakan pembaharuan dalam pemikiran Islam pada abad ke-21 ini ditandai dengan perubahan paradigma keagamaan yang cukup signifikan. Hal ini tampak pada karya-karya pemikiran Islam modern yang menyebutkan interpretasi liberal terhadap teks-teks suci keagamaan dan peninjauan kembali terhadap doktrin-doktrin salaf (tradisional) khalaf (pertengahan) dan muta’akhir (modern). Hal tersebut menggambarkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dan struktur sosial-politik yang menindas.
Dalam diskurus keagamaan kontemporer dijelaskan bahwa “agama” mempunyai banyak wajah (multifaces), tidak lagi seperti orang dahulu memahaminya, yang semata-mata berkaitan dengan persoalan ketuhanan, kepercayaan, kredo, pedoman hidup, ultimate concern, dan seterusnya. Akan tetapi, agama juga berkaitan dengan persoalan historis-kultural yang merupakan keniscayaan manusiawi belaka (Ahmad Norma Permata, 2000: 1).
Berkaitan dengan diskursus keagamaan tersebut, Charles J. Adams (1976) menawarkan beberapa pemikiran yang menyangkut tiga hal sebagai wilayah terapan dan suatu metode ataupun pendekatan. Pertama, masalah definisi “Islam” dan “agama’ Kedua, pendekatan yang relevan dalam proses pengkajian Islam. Ketiga, bidang kajian dalam penelitian dan pengkajian Islam. Dan situlah diharapkan dapat ditemukan pemahaman yang komprehensif mengenai cara menjalankan pengkajian agama Islam yang semestinya.

B.     Hakikat Metodologi Studi Islam
1.      Pengertian Metode
Metode berasal dan bahasa Yunani, metodos yang berarti cara atau jalan. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.      Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dan bahasa Yunani, yaitu metodos yang berarti jalan, dan logos yang berarti ilmu. Metodologi adalah Ilmu tentang cara untuk sampai pada tujuan.


3.      Metodologi Studi Islam
Istilah metodologi studi Islam digunakan ketika seseorang ingin membahas kajian-kajian seputar beragam metode yang biasa digunakan dalam studi Islam. Misalnya, kajian atas metode normatif, historis, filosofis, komparatif, dan sebagainya.

C.    Arti dan Ruang Lingkup Studi Islam
1.      HakikatStudi Islam
Dirasah Islamiyyah atau studi keislaman (di Barat dikenal dengan istilah Islamic studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam (Tajib dkk., 1994: 11). Dengan perkataan ini, studi keislaman merupakan “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal ihwal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”
2.      Ruang Lingkup Studi Islam
Secara sederhana, studi Islam dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain,”usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.”
H. Moenawar Cholil (1995) dalam bukunya Definisi dan Sendi Agama menjelaskan kata diein itu masdar dan kata kerja “daana yad i enu”. Menurut bahasa/lughat, kata dien mempunyai arti:
a.       cara atau adat kebiasaan;
b.      peratunan;
c.       nasihat;
d.      agama dan lain-lain.
Dan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
a.       agama, religi, dan dien mempunyai pengertian yang sama;
b.      aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien mencakup masalah kepercayaan kepada Tuhan.

Ada empat ciri agama yang dapa kita kemukakan, yaitu:
a.       kepercayaan terhadap yang gaib, kudus dan Mahaagung dan pencipta alam semesta (Tuhan);
b.      melakukan hubungan dengan berbagal cara, seperti dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian, dan doa;
c.       ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya;
d.      rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas agama.
Agama sebagai objek studi, menurut M. Nurhakim (2004: 34), minimal dapat dilihat dan tiga sisi:
a.       doktrin dan Tuhan yang sebenannya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolut, dan diterima apa adanya;
b.      gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya;
c.       interaksi sosial, yaltu realitas umat Islam.
3.      Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
Agama dan Ilmu pengetahuan memiliki kekhasan yang perlu mendapat perhatlan, Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedangkan dalam bidang ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi dua hal berikut.
a.       Aspeksasaran Keagamaan
b.      Aspek Sasaran Keilmuan

D.    Urgensi Mempelajari Studi Islam
Pada saat ini, ketika umat Islam mengalami tantangan kehidupan dunia dan budaya modern, studi keislaman menjadi sangat urgen. Urgensi Islam tersebut dapat diuraikan dan dipahami sebagai berikut.
1.      Alternatifdalam Mengatasi Problem yang Dihadapi Umat Islam
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, yaitu berada dalam posisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih. Dengan demikian, umat Islam harus melakiikan gerkan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operaslonal untuk mengantisipasi perkembangan tersebut. Oleh karena itu, melalui pendekatan yang bersifatobjektif nasional, studi Islam mampu memberikan altennatif dan kondisi tersebut.
2.      Meluruskan Arah Menuju Masa Depan
Roger Garaudy (1989) mengemukakan bahwa “perkembangan filsafat dan peradaban modern saat ini telah mendorong manusia pada hidup tanpa tujuan dan membawa kematian”. Hal ini merupakan akibat dan perkembangan filsafat Barat modern yang salah arah, yang berpegang pada hal-hal berikut.
a.       Konsep yang keliru tentang alam, dengan menganggapnya sebagai milik manusia, sehingga mereka berhak mengeksploitasinya sesuka mereka.
b.      Konsep yang tidak mengenal betas kasih tentang hubungan manusia yang didasarkan atas individualisme, tanpa kembali dan hanya menghasilkan persaingan pasar.
c.       Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan.
3.      Menggali Kernbali Ajaran Islam yang Ash dan Murni serta Bersifat Manusiawi dan Universal
Di sinilah urgensi studi Islam untuk menggali kembali ajaran Islam yang asli dan murni serta bersifat manusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai rahmatan lil alamin. Hal tersebut harus ditransformasikan kepada generasi penerusnya agar dengan peradaban dan budaya modern, mereka mampu berhadapan dan beradaptasi terhadapnya.

E.     Pertumbuhan Studi Islam Dahulu dan Sekarang
1.      Pertumbuhan Studi Islam pada Masa Dahulu
Selama penggal sejarah timbulnya Islam, peradaban dunia meliputi dua kerajaan, yaitu Sasanid Persia dan bizanti Roma yang bersuku badui dan penggembala unta yang hidup dengan cara berkabilah dan berdagang. Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid.
2.      Pertumbuhan Studi Islam pada Masa Sekarang
Pada saat ml, studi Islam berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik Islam maupun yang bukan Islam. Di Indonesia, studi Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAIN, dan sejumlah perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan studi Islam, seperti Unissula (Semarang) dan Unisba (Bandung).
3.      Prospek Studi Islam Masa Kini dan Masa Depan
Ada beberapa hal yang menjadi dasar pembenaran, yaitu sebagai berikut.
a.       Dan segi ajaran agama, Islam telah menempatkan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai instrumen untuk meraih keunggulan hidup. Pandangan ini ditaati oleh manusia modern dewasa ini, terutama kaum non-Muslim, yaitu untuk meraih keunggulan kehidupan duniawi.
b.      Dalam perkembangan sejarahnya, Islam cukup memberikan acuan dan dorongan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Bahkan, terdapat mata rantai yang erat antara kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai oleh dunia Barat dewasa ini dengan kemajuan di bidang-bidang ilmu pengetahuan yang pernah dicapai oleh dunia Islam.
c.       Umat Islam Indonesia cukup kaya dengan lembaga pendidikannya. Lembaga ini termasuk ”bank” sumber daya manusia yang tidak ternilai harganya. Adapun masalahnya terletak pada umat Islam sndiri, yaitu seberapa jauh mereka mampu mengangkat ajaran Islam dan sekaligus menjadikan lembaga pendidikannya sebagai wahana penyiapan sumber daya pembangunan.
d.      Dalam era global ini terdapat peluang-peluang karena adanya suasana yang lebih terbuka dan saling bergantung dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan globalisasi sudah dirasakan keberadaannya dan sedang berlangsung dalam aspek kehidupan manusia, pendidikan, politik. ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.


BAB II
PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAIi

Metodologi pengkajian Islam adalah pendekatan (approach) atau kerangka kerja (framework) dalam memahami atau mengkaji Islam. Metodologi pengkajian bukan hanya metode pengajaran (thariqah at-tadris atau thariqah at-ta’Iim) atau cara penyampaian materi atau subjek agar dipahami peserta didik Metodologi Iebih tepat dipahami sebagai manhaj aI-fikri atau manha] ad-dirasah yang tercermin dalam struktur silabus dan kandungan tiap-tiap mata kuliah.
Pada sekitar paruh kedua abad ke-20, metodologi pengkajian Islam mengalami pergeseran yang cukup penting. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Islam dikaji oleh Muslim dan juga non-Muslim. Kajian yang dilakukan oleh non-Muslim, khususnya oleh orientalis, dipengaruhi secara sosiologis oleh cara pandang dan pengalaman manusia barat dan secara saintifik oleh perkembangan metodologi penelitian atau penyelidikan dalam ilmu-ilmu sosial di Barat.
Akan tetapi, kajian orientalis berbeda dengan kajian para ulama dalam tradisi intelektual Islam. Kajian orientalis tidak berdasarkan keimanan (faith based) sehingga tidak selalu dapat bersikap adil.
Demikianlah, kerancuan-kerancuan tersebut begitu banyak dan saling berkaitan. Dengan demikian, pembuktiannya memerlukan kajian konseptual yang panjang. Bagi yang tidak membaca secara kritis, kajian orientalis akan tampak rasional dan objektif serta sejalan dengan tuntutan keilmuan kontemporer. Padahal, secara konseptual, kajian mereka mengandung banyak kerancuan.
A.    Hakikat Epistemologi Islam
1.      Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi berasal dan kata Yunani episteme, yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Dengan demikian, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Dalam epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “Bagaimana cara mengetahui?” Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah sebagai berikut.
a.       Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
b.      Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
c.       Bagaimanakah validitas pengetahuan apriori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan aposteriori (pengetahuan puma pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003: 32).
Menurut Musa Asy’arie (1992), epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu objek kajian ilmu.
2.      Pengertian Islam
Islam (Arab: al-islam),              :”berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan lebih dan satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, Islam menjadi agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti “penyerahanatau penyerahan din sepenuhnya ke), pada Tuhan (Arab:         ,Allah). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti seorang yang tunduk kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
3.      Pandangan Filsuf Muslim
Sebagai pengantar dan pembahasan ini telah disebutkan bahwa kajian tentang epistemologi dalam Islam tidak tersusun secara rapi, bahkan “berserakan” dalam beberapa kajian filsafat.
Beberapa pandangan umum terhadap kajian epistemologi di dalam literatur Islam, antara lain sebagai berikut.
a.       Pernbahasan Filosofis
b.      Kesatuan Subjek dan Objek
c.       Wujud Dzihni (Wujud yang Ada dalam Pikiran)
d.      Understanding dan External Adalah Tolok Ukur Benar dan Salah
Pembahasan ini, bercabang beberapa pembahasan berikut.
1)      Makna hakikat (truth).
2)      Definisi kesamaan dengan hakikat - dengan kata lain, teori kesamaan dengan hakikat (the correspondence theory of truth).
3)      Pembahasan tentang letak tolok ukur tersebut; apakah hanya permainan bahasa, permainan akal budi manusia ataukah memang benar-benar ada? Pembahasan ini dikenal dengan pembahasan state of affairs (nafs al-amr).
e.       Batasan Kemampuan Akal Budi Manusia


B.     Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal, dan Rasa)
1.      Wahyu
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran adalah alat untuk memahami Al-Quran dan As-Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam sebagai wahyu yang berasal dan Allah SWT.
2.      Al-Qurán
Al-Quran adalah kitab Allah SWT yang terakhir, sumber asasi Islam yang pertama dan utama, kitab kodifikasi firman Allah SWT. kepada manusia, diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW., berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran utama Islam, Al-Quran diyakini berasal dan Allah SWT. dan mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia:
“Dan sun gguh, (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, yang dibawa turun oleh Ar-RuTh (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas” (Q.S. Asy-Syu’ara 192—195).
3.      As-Sunnah
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam, selain berdasarkan keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadis, juga didasarkan pada pendapat kesepakatan para sahabat.
a.       global (garis besar) yang memerlukan perincian;
b.      umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian;
c.       mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasani.
4.      Pengetahuan MelaluiAkal
Dalam pandangan Islam, akal manusia mendapat kedudukan yang ebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dan beberapa ayat Al-Quran. Pengetauan rnelalui akal disebut pengetahuan “aqli’.’ Akal dengan indra dalam kaitan engan pengetahuan tidak dapat dipisahkan, bahkan saling berhubungan. Dalam pandangan Islam, akal mempunyai pengertian tersendiri dan berbeda dengan pandangan secara umum.
Para filsuf Islam membagi akal menjadi dua jenis, yaitu:
a.       akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dan materi melalui indra pengingat;
b.      akal teori, yang menangkap arti-arti murni, yaitu arti-arti yang tidak pernah ada dalam materi Tuhan, roh, dan malaikat.
5.      Pen gertiah Melalui Indra (Rasa)
Pengertian melalui indra adalah semua pengertian yang dapat diperoleh manusia melalui indra yang biasa disebut pengetahuan empiris.

C.    Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam
Ukuran kebenaran merujuk pada landasan keindahan dan keyakinan terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Quran. Sebagaimana yang diutarakan oleh Fazrul Rahman bahwa semangat besar dan Al-Quran adalah semangat moral ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah SWT Manusia tidak dapat membuat atau memusnahkan hukum moral, tetapi ia harus menyerahkan din kepadanya. Penyerahan dan implementasinya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT.
Dalam epistemologi Islam, terdapat beberapa teori tentang kebenaran.
1.      Teori Korespondensi
Menurut teori ini, suatu pengentian dapat dikatakan benar apabila terdapat fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, serasi dengan situasi akal. Oleh karena itu, kebenaran itu sesuai dengan fakta dan selaras dengan situasi akal yang diberiinterpretasi.
2.      Teori Konsistensi
Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dan sesuatu yang lain, seperti fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antar-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran itu ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu. Jadi, suatu itu benar, hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.
3.      Teori Pragmatis
Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil bergantung pada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia dalam kehidupannya.

D.    Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
Agama Islam berisi ajaran-ajaran Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertlan ml adalah agama yang dibawa oleh para Rasul Allah, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW Agama Islam pada setiap zaman mengajarkan akidah yang sama, yaitu tauhid atau mengesakan Allah SWT.
Sampai manakah kemauan mansia untuk mengetahui tentang Islam yang akan menjadi penuntun hidupnya? Ajaran Islam yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan wahyu Allah SWT. yang diturunkan dengan sempurna. Ketetapan ini dinyatakan dalam firman Allah SVVI:
Kesimpulan
Pada prinsipnya, epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat  mengajak manusia untuk berpikir, men-tadabur alam yang dikemas dalam ilmu pengetahuan yang sistematis, dan memberikan kontribusi bagi perkembangan manusia dalam ranah keilmuan. Dengan beberapa prinsip dasar epistemologi Islam tersebut, kita bisa mengetahui peranan Islam dalam ilmu pengetahuan, dan Al-Quran (wahyu) merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang ditalar melalui akal sebagai keistimewaan bagi manusia serta pancaindra (rasa) atau sentuhan indrawi yang membantu memperoleh pengetahuan.


BAB III
MANUSIA DAN KEBUTUHAN BERAGAMA

Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk lainnya mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan akal yang dimilikinya. Di samping itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Keingintahuan itulah yang menjadikan manusia gelisah dan mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menurut sebagian ahli, rasa ingin tahu dan rasa takut menjadi pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam din manusia. Ia merasa berhak untuk mengetahui dan mana ia berasal, untuk apa ia berada di dunia, apa yang harus Ia lakukan demi kebahagiaannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Oleh karena itu, sangat logis jika agama selalu mewarnal sejarah manusia dan dahulu hingga kini, bahkan hingga akhir nanti. Dengan demikian, benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu tersebut yang menjadikan manusia membutuhkan agama dalam kehidupan mereka? Berikut ini diuraikan peranan agama menjadi kebutuhan bagi manusia.
A.    Hakikat Agama
1.      DefinisiAgama Secara Etimologis
Secara etimologis, agama berasal dan bahasa Sanskerta yang tersusun dan kata a berarti”tidak”dan gam berarti”pergi’Dalam bentuk harflah yang terpadu, kata “agama” berarti “tidak pergi, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara terus-menerus dan satu generasi kepada generasi yang lainnya” (Jalaludin, 1978: 12).
2.      Definisi Agama Secara Terminologi
Secara terminologi, menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang sulit ddefinisikan.W.C. Smith (Hafidh Al-Kaf, 1997:3) menyatakan, “Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa hingga saat ini, belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima.” Meskipun demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi tentang fenomena agama.
a.       Emile Durkheim mengartikan agama sebagai kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas moral.
b.      Karl Marx berpendapat bahwa agama adalah keluh kesah dan makhluk yang tertekan hati dan dunia yang tidak berhati, tertekan jiwa dan keadaan yang tidak berjiwa. Menurutnya, agama sebagai candu bagi masyarakat.
c.       Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Mahamutlak.
d.      Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya. Agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
e.       Sebagian pemikir mengatakan bahwa apa saja yang memiliki tiga ciri khas berikut dapat disebut sebagai agama:
1)      keyakinan bahwa di balik alam materi ini ada alam yang lain;
2)      penciptaan alam memiliki tujuan;
3)      alam memiliki konsep etika.
3.      Konklusi Definisi Agama
Dari semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama, yaitu kepercayaan terhadap adanya sesuatu yang agung di luar alam. Agama adalah kepercayaan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dan sini, kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisahkan, yaitu akidah (kepercayaan hati), syariat (penintah dan larangan Tuhan), dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya).

B.     Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Secara naluni, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Hal ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serbamaha, yang dapat membebaskannya dan keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia memerlukan agama dan membutuhkan Sang Khalik (M.Yatimin, 2006: 37).
Ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah nasa takut yang mendorong manusia untuk memberikan sesajen kepada sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan menakutkan. Pada masa primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme. Bentuk penghormatan itu berupa:
a.       sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai-sungai, laut, dan benda alam lainnya;
b.      pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan, ucapan-ucapan yang dianggap dapat mengundang murka (kemarahan) pada kekuatan itu;
c.       menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia, misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang dianggap berharga (M.Yatimin, 2006: 37).
Menurut Yatimin (2006: 39-42), ada beberapa faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama.
1.      Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri atas beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan.
2.      Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Allah SWT. menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah, manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati.
3.      Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis, Sigmund Freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian berikut.
a.       Aspek das es, yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian subjektif yang tidak mempunyai hubungan Iangsung dengan dunia objektif.
b.      Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
c.       Aspek das uber ich, yaitu aspek sosiologis yang mewakili nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat.

C.    Fungsi Agama dalam Kehidupan
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusla dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh Sang Pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuat-Nya benar-benar adil.
Setiap agama memiliki watak transformati berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai-nilai agama lama yang bertentangan dengan ajaran agama (Abd.A’Ia, 2008:128-129).
Secara terperinci, agama memiliki peranan yang dapat dilihat dan aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (soslologis), hakikat kemanusiaan (human nature), asal-usulnya (antropologis), dan moral (ethics) (Amin Syukur, 2003:25).
1.      Aspek Religius
Dan aspek religius, agama menyadarkan manusia tentang penciptanya. Faktor keimanan juga memengaruhi karena iman adalah dasar agama (Amin Syukur, 2003:25).
2.      Aspek Antropologis
Secara antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang fungsi, asal, dan tujuan manusia. Dan segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan  masalah ritual ibadah dengan masalah sosial.
3.      Aspek Psikologis
Secara psikologis, agama dapat menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Secara moral, agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlak mahmudah) (Amin Syukur, 2003:26-27).
Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Al-Quran surat ayat 117-119 dijelaskan:
“Kemudian Kanij 1efirman, ‘Walai Adam! Sunggul mi (Iuis) musufi bagi-mu dan lagi istrinu, maka sekali-sekali jangan sampai dia mengeluarkan kamu terdua dan surga, nanti kamu ceraka. Sunggul, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelayaran dan tidil akan telanjang, dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimya panas matahari’.”
a.       Memberikan Pandangan Dunia pada Budaya Manusia
b.      Menjawab Berbagai Pertanyaan yang Tidak Mampu Dijawab oleh Manusia
c.       Memainkan Fungsi Peranan Sosial
d.      Rasa Ingin Tahu Manusia

D.    Doktrin Kepercayaan Agama
Dalam pemikiran kaum Marxis, doktrin agama dianggap sebagai candu masyarakat yang melalaikan manusia dan berbagai penindasan kaum borjuis. Apakah doktrin kepercayaan agama memang bersifat demikian? Pernyataan Karl Marx dilatarbelakangi oleh konteks demikian. Akan tetapi, agama, terutama Islam, tidak menganjurkan manusia lalai dengan tindakan ketidakadilan yang ada di hadapannya.
Lebih luas lagi, menurut T. Jeremy Gunn (Kaelany Hd, 2000: 17), ada tiga segi agama yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut.
1.      Agama sebagai Keyakinan
Agama sebagai kepercayaan menyinggung keyakinan seseorang mengenai hal-hal seperti Tuhan, kebenaran, atau doktrin kepercayaan.
2.      Agama sebagai Doktrin
Agama sebagai kepercayaan menekankan pada doktrin, sedangkan agama sebagai identitas menekankan pada afiliasi dengan kelompok. Dalam hal ml, identitas agam dialami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan keluarga, etnisitas, ras, atau kebangsaan.
3.      Agama sebagaiialan Hidup
Agama sebagaijalan hidup (way of life) berhubungan dengan tindakan, ritual, kebiasaan, dan tradisi yang membedakan umatnya dan pemeluk agama lain. Contohnya, agama sebagai jalan hidup dapat mendorong seseorang untuk hidup di biara atau komunitas keagamaan, atau melakukan banyak ritual, termasuk shalat lima waktu, mengharamkan daging babi, dan sebagainya.
Adapun doktrin kepercayaan agama Islam, menurut Atang Abdul Hakim, adalah sebagai berikut :
a.       Iman kepada Allah
Kalimat lailaha lila Allah atau sering disebut kalimat thayyibah merupakan pernya1aan pengakuan terhadap keberadaan Allah yang Maha Esa, tiada Tuhan selain Dia (Allah). Ia merupakan bagian lafazh syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk Islam yang merupakan refleksi dan tauhid Allah yang menjadi Inti ajaran Islam.
1)      Argumen keberadaan Allah
Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan Tuhan-tuhan lainnya yang dianut oleh pengikut agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Tuhan. Pertama, paham bahwa alam semesta ml ada dan yang tidak ada, terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dan sel yang merupakan inti. Ketiga, paham bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.
2)      Kemustahilan menemukan Dzat Allah
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, tidak dapat digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal, yaitu menemukan Dzat Allah karena pada hakikatnya, manusia berada dalam dimensi yang berbeda dengan Allah SWT.
b.      Iman kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul Allah
1)      Malaikat Allah
Malaikat merupakan makhlukTuhan yang diciptakan dan nur/ cahaya. Ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah SWT. dengan bermacam-macam tugas yang diembannya. Jumlahnya sangat banyak, tetapi yang harus kita imani hanya sepuluh malaikat beserta tugas-tugasnya.
2)      Kitab-kitab Allah
lman kepada kitab Allah adalah wajib dan merupakan konsekuensi logis dan pembenaran terhadap adanya Allah SWT. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab Allah, yaitu AlQuran, lnjil, Taurat, dan Zabur.
3)      Rasul-rasul Allah
Doktrin Islam mengajarkan agar setiap Muslim beriman kepada rasul yang diutus oleh Allah SWT tanpa membedakan antara satu dan yang lainnya.
Kesimpulan
Pada haikatnya, agama adalah kepercayaan terhadap adanya Tuhan yang mentirunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisahkan, yaitu akidah (kepercayaan hati), syariat (perintah dan larangan Tuhan), dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempengunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat Quraniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

BAB IV
SUMBER DAN KARATERISTIK ISLAM

Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam sangat diperlukan karena beberapa sebab. Pertama, menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan pada alasan yang sifatnya bukan hanya normatif, yaitu karena diperintah oleh Allah SWT., dan bukan pula karena emosional semata-mata, tetapi didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural, dan aktual, dengan argumen yang masuk akal, dapat dihayati, dan dirasakan oleh umat manusia. Kedua, membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam, baik secara normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang membawa manusia pada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam. Ketiga, menghilangkan citra negatif dan sebagian masyarakat terhadap ajaran Islam.
Argumentasi untuk menyatakan bahwa misi ajaran Islam sebagai pe’nbawa rahmat bagi seluruh alam dikemukakan untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dan pengertian Islam. Makna kata Islam adalah masuk dalam perdamalan, sedangkan orang Muslim adalah orang yang damai dengan Allah SWT. dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah SWT, artinya berserah din sepenuhnya pada kehendak-Nya, sedangkan damai dengan manusia berarti tidak berbuat sewenang-wenang kepada sesama, tetapi sebaliknya, berbuat baik kepada sesama.
A.    Hakikat Sumber Ajaran Islam
1.      Landasan DasarAjaran Islam
Islam merupakan nama agama yang berasal dan Allah SWT. Sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Quran, sedangkan As-Sunnah sebagai sumber hukum kedua adalah pada tingkatan sumber hukum yang dibawa AlQuran. Ketentuan ini sesual dengan agama Islam sebagai wahyu yang berasal dan Allah SWT., yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., sedangkan ra’yu atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Aluran dan As-Sunnah (Abuddin Nata, 2001:46).
2.      SumberAjaran Islam Primer
a.       Al-Quran
Al-Quran berarti bacaan, merujuk pada sifat Al-Quran yang difirmankanNya dalam Q.S. AI-Qiy mah (75): 17—18, yang artinya: “Sesungguhnya Kami yang akan men gum pulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesal membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”
Fungsi AlQuran adalah sebagai benikut.
1)      Al-Huda adalah sebagai petunjuk.
2)      AI-Furqan adalah sebagai pembeda.
3)      Asy-Syifa’ adalah sebagai obat.
4)       AI-Mau’izah adalah sebagai nasihat.
Pokok-pokok kandungan dalam Al-Quran, antara lain:
1)      tauhid, yaitu kepercayaan keesaan Allah SWT. dan semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya;
2)      ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dan kepercayaan ajaran tauhid;
3)      janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang pencaya dan mengamalkan isi Al-Quran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari;
4)      kisah umat terdahulu, seperti pana Nabi dan Rasul dalam menyiarkan syariat Allah SWT. dan kisah orang-onang saleh ataupun kisah orang yang mengingkari kebenaran Al-Quran agan djadikan pembelajaran. Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum sebagai berikut.
a)      Hukum i’tiqadiah, yaitu hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang benkaitan dengan akidah/ keimanan. Hukum ml tencermin dalam rukun iman. Ilmu yang mempelajarmnya disebut ilmu tauhid, ilmu ushuluddin, atau ilmu kalam.
b)      Hukum amaliah, yaitu hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah SWT., manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitan. Hukum amaliah mi tercermin dalam rukun Islam dan disebut hukum syara’/syariat. Ilmu yang mempelajaninya disebut ilmu fiqh.
c)      Hukum khuluqiah, yaltu hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam kehidupan, sebagai makhluk individual atau makhluk soslal. Hukum mi tercenmin dalam konsep ihsan. Ilmu yang mempelajanmnya disebut lImu akhlaq atau tasawuf.
Secara khusus, hukum syara dibagi menjadi dua kelompok, yaltu:
1)      hukum ibadah, yaltu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT., misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji;
2)      hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan Sesama manusia dan alam sekitarnya. Hukum muamalat mencakup:
a)      hukum munakahat (pernikahan);
b)      hukum faraid (waris);
c)      hukum iinayat (pidana);
d)      hukum hudud (hukuman);
e)      hukum jual-beli dan perjanjian;
f)       hukum tata negara/kepemeri ntahan;
g)      hukum makanan dan penyembelihan;
h)      hukum aqdiyah (pengadilan);
i)       hukum lihad (peperangan);
j)       hukum dauliyah (antarbangsa).
b.      Hadis
Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran. Menurut ulama hadis, pengertian hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat. Adapun menurut ulama ahli ushul fiqh, hadis adalah segala perkataan, perbuatan,dan taqrir Nabi Muhammad SAW. yang berkaitan dengan penetapan hukum. Secara etimologi, hadis adalah jalan atau cara yang merupakan kebiasaan yang baik.
1.      sunnah qauliyah, yaltu semua perkataan Rasulullah SAW.;
2.      sunnah fi’Iiyah, yaltu semua perbuatan Rasulullah SAW.;
3.      sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah SAW.  terhadap pernyataan ataupun perbuatan orang lain;
4.      sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan, tetapi tidak dikerjakan.
3.      SumberAjaran Islam Sekunder
Sumber ajaran Islam sekunder adalah ijtihad. Secara harfiyah, ijtihad adalah pendapat atau pertimbangan. Arti ijtihad adalah melakukan kesungguhan dan ketekunan optimal untuk menetapkan hukum syara Jadi, ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum yang tidak dipenuhi dalam Al-Qu ran dan hadis.
a.       Dasar-dasar Ijtihad
Dasar hukum ijtihad adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Di antara ayat AlQuran yang menjadi dasar ijtihad adalah sebagai berikut.
Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad, di antaranya hadis ‘Amr bin Al-’Ash yang diriwayatkan oleh Imam Bukharl, Muslim, dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Apobila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian dia benar maka Ia mendapatkan dua pahala.
b.      Macam-macam Ijtihad
Macam-macam ijtihad yang dikenal dalam syariat Islam, yaitu sebagai berikut.
1)      Ijma’
Menurut bahasa, ijma’ artinya sepakat, setuju, atau sependapat, sedangkan menurut istilah, ijma’ adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW. setelah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum perkara dengan cara musyawarah.
2)      Qiyas
Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain, qiyas dapat diartikan sebagai upaya membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
3)      Istihsan
lstihsan, yaitu proses perpindahan dan suatu qiyas pada qiyas lainnya yang lebih kuat. Dengan kata lain, istihsan adalah mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.
4)      Mushalat murshalah
Mushalat mursalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Menurut istilah, mushalat mursalah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia.
5)      Sududz dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah, sududz dzariah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
6)      Istishab
Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan pada masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.

7)      Urf
Urf, yaitu perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah jual bell. Pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimakiumi antara penjual dan pembeli.

B.     Sifat Dasar Ajaran Islam
Konsep dasar ajaran Islam adalah seluruh alam semesta diciptakan oleh Allah SWT. yang merupakan Tuhan dan Penguasa Alam Semesta, dan Dia pula yang mencukupinya. Diciptakannya manusia, dan masingmasing manusia diberi umur tertentu, Allah SWT. telah menentukan kode kehidupan tertentu yang paling baik bagi manusia, tetapi pada saat yang sama, manusia diberi kebebasan untuk memilih, menerima, atau mengingkari dasar kehidupannya sendiri. Ajaran Islam memiliki sifat khas yang berbeda dengan ajaran agama lainnya, yang menjadikannya menarik bagi manusia sepanjang umur dan zaman (Khursyid Ahmad, 1998: 89).
1.      Kesederhanaan, Rasionalitas, dan Praktis
Islam tidak memiliki mitologis. Ajarannya cukup sederhana dan mudah dipahami. Ajaran Islam bersifat rasional, yang dapat dijelaskan oleh Iogika dan penalaran. Islam mendorong pemeluknya mempergunakan akal serta mendorong penggunaan intelek.
2.      Kesatuan antara Materi dan Rohani
Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, tidak memisahkan materiil dan moral, dunia dan ukhrawi, dan mengajak manusia agar mencurahkan tenaga untuk mengonstruksikan kehIdupan atas dasar moral yang sehat.
3.      Cara Hidup yang Len gkap
Islam memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan, baik pribadi dan sosial, moral dan materlil, ekonomi dan politik, legal dan kultural maupun nasional dan internasional.
4.      Keseimbangan antara Pribadi dan Masyarakat Islam menciptakan keserasian dan keseimbangan antara individualIsme dan kolektivisme. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban sehingga harus ditunaikan secara selaras dan sebaik-baiknya.
5.      Universalitas dan Humanisme
Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusia.in, menghendaki perdamalan, dan persatuan umat.
6.      Keajegan dan Perubahan
Keajegan dalam Islam bukan berarti kaku, datar dalam setiap hal. Islam iinerima perubahan, tetapi harus dijalankan secara seimbang sehingga prtsip Islam tetap ada tanpa terganggu oleh perubahan yang ada.

C.    Karakter Islam: antara Normativitas dan Historisitas
1.      Karakteristik Islam
Karakteristik adalah sesuatu yang mempunyai karakter atau sifat yang khci. Karakteristik ajaran. Islam dapat diartikan sebagai ciri khas dan ajaran Islam, baik dalam bidang agama maupun muamalah, yang di dalamnya termasuk ekonomisosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, llncjkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang semua itu berpedoman pada AlQuran dan hadis.
a.       wilayah teks ash Islam, yaitu Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.;
b.      pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks ash Islam (Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.). Dapat pula disebut hash ijtihad terhadap teks ash Islam, seperti tafsir dan fiqh;
c.       praktik yang dilakukan kaum Muslim. Praktik mi muncul dalam berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya, praktik shalat di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada, memiringkan kepala ketika takhiyat akhir bagi Muslim Indonesia, sementara Muslim di tempat/negara lain tidak melakukannya.
2.      Karakter Islam antara Normativitas dan Historisitas
Karakteristik normatif, yaltu karakteristik yang memandang agama dan segi ajarannya yang pokok dan ash dan Tuhan, yang di dalamnya terdapat penalaran manusia. Islam memihiki karakteristik khas yang dapat dikenali melalui konsepnya dalam berbagal bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah, yang di dalamnya mencakup masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, polltik, ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan.
a.       Rabbaniyyah
Allah SWT. merupakan Rabbul alamin, Rabbun nas, dan banyak lagi sebutan lainnya. Apabila karakteristik Islam adalah Rabbaniyyah, artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dan Allah SWT., bukan dan manusia. Nabi Muhammad SAW. tidak membuat agama in tetapi hanya menyampaikannya. Oleh karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah SWT.telah menjamin kemurnian Al-Quran.
b.      Insaniyyah
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia maka Islam merupakan satu-satunya agma yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satu pun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia.
c.       Syumuliyah
Islam merupakan agama yang Iengkap.Tidak hanya mengutamakan satu aspek, tetapi mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam tampak dan konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulal dan urusan pnibadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan berbangsa dan bernegara.
d.      Al-Wa qi’iyyah
Karakteristik lain dan ajaran Islam adalah al-waqi’iyyah yang menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh maniusia meskipun mereka berbeda latar belakang. Kayamiskin, pria-wanita, dewasa-remaja-anak-anak, berpendidikan tinggiberpendidikan rendah, bangsawan-rakyat biasa, dan sebagainya dapat mengamalkan Islam.
e.       Al-Wasathiyah
Ada agama yang hanya menekankan pada persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi daripada rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika danipada perasaan dan begitu seterusnya. Adapun umat Islam adalah ummatan wasathan, umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
f.        Al-Wudhuh
Karakteristik penting lainnya dan ajaran Islam adalah konsepnya yang elas. Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas apalagi jika pertanyaan tersebut mengarah pada tujuan merusak ajaran Islam.
g.      AI-Jam’u Baina Ats-Tsabat wa Al-Murunnah
Dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dan fleksibel. Permanen adalah hal-hal yang tidak dapat diganggu gugat, misalnya shalat lima waktu yang harus dikerjakan sesual dengan aturan. Akan tetapi, dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya seorang Muslim yang sedang sakit bisa shalat sambil duduk atau berbaring; apabila dalam perjalanan jauh, shalat bisa dijama’ dan diqashar, dan apabila tidak ada air atau sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum.
3.      Moraljtas Islam: Ibadah, Pendidikan, Ilmu, dan Sosial
Abudin Nata, (2001: 97) menjelaskan bahwa pada prinsipnya moral tidak sama seperti akhlak yang bersumben dan Al-Quran dan hadis secara mutlak
a.       Moralitas lbadah dalam Islam
lbadah adalah upaya untuk mendekatkan din kepada Sang Pencipta, Allah SWT., dengan menaati segala penintah-Nya dan menjauhi segala Iarangan-Nya. lbadah juga merupakan cara untuk menyucikan din. Dasar ibadah adalah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT dan ia berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya. Konsepsi ibadah berkaitan erat dengan pandangan bahwa landasan kehidupan adalah keyakinan dan pemikiran yang benan, kesucian jiwa, dan tindakan yang baik.
b.      Moralitas Islam dalam Pendidikan
Islam memlilkI ajaran khas dalam bidang pendidikan bahwa pendld lkan adalah hak bagl setlap orang, Iaki-laki atau perempuan, tua atau muda, dan berlangsung sepanjang hayat (long life aducation). Dalam bidang pendidikan, Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan sebagainya.
c.       Moralitas Islam dalam Ilmu
Islam memiliki berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman yang meNputi ilmu Al-Quran atau tafsir, hadis, kalam, tasawuf, filsafat, hukum Islam, sejarah dan kebudayaan Islam, serta pendidikan Islam. Islam tidak hanya memiliki satu atau dua aspek, tetapi memiliki berbagai macam aspek, yaitu aspek teologi, ibadah, moral, mistisisme, filsafat, sejarah, kebudayaan, dan sebagainya. Hal inilah yang mendorong didirikannya berbagai jurusan dan fakultas di institut agama Islam negeri ataupun perguruan tinggi Islam swasta di Indonesia.
d.      Moralitas Islam dalam Sosial
Moralitas Islam di bidang sosial adalah yang paling menonjol karena ditunjukkan untuk kesejahteraan manusia. Dalam bidang sosial, yang dibicarakan adalah hubungan manusia dengan makhluk sekitarnya secara komprehensif, baik dalam keluarga, karib maupun masyarakat. Islam memiliki keleluasaan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Islam juga menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan kebersamaan.

D.    Islam dan Wacana Pembaharuan
Pembaharuan di dunia Islam dimaksudkan untuk kemajuan Islam dengan cara meninggalkan tradisi lama, bukan dengan meninggalkan dasar agama atau ketentuan-ketentuan yang dibawa wahyu.
Munculnya wacana pembaharuan Islam saat mi karena dalam tubuh Islam banyak persoalan umat yang muncul, yang berbeda, dan hampir tidak ditemukan pada masa Rasulullah SAW. Oleh karena itu, muncul organisasi-organisasi Islam yang saling mengklaim bahwa mereka dapat mengatasi dan menjawab permasalahan umat yang ada.
1.      Problem Teologis
Banyak problem yang menghinggapi kehidupan umat beragama. Problem teologis misalnya, yang merupakan turunan dan ideologi, tidak jarang membuahkan truth claim sebagai pemilik mutlak kebenaran, sehingga agama di luar agama yang dianut tidak lebih dan agama palsu, bahkan agama setan.
2.      Problem Kultural
Selain problem teologis, problem kultural juga menjadi bagian dan rumitnya kehidupan umat beragama yang harus direspons oleh Islam. Misalnya, perpindahan agama, jika kita memiliki pemahaman yang tidak stereotipe tentang agama-agama, perpindahan agama dapat dipandang sebagai proses sosial yang wajar, apabila perpmndahan agama tersebut dilakukan dengan cara sadar, tanpa paksaan. Agama yang baru diyakini dapat memberikan “kebenkahan” dan keselamatan, peru ndungan, secara memadai atas kehidupan yang dialaminya.
3.      Problem Struktural
Selain problem teologis dan problem kultunal, ada juga problem struktural. Misalnya, problem dominannya ketenlibatan negara dalam urusan agama, yaitu adanya kompilasi hukum Islam yang mengatur tentang kehidupan umat beragama, tidak hanya bagi umat Islam.


Kesimpulan
Pada hakikatnya, sumber ajaran Islam terdiri atas sumber primer dan sekunder: (1) sumber ajaran Islam primer, meliputi Al-Qunan dan hadis; (2) sumber ajaran Islam sekunder, yaitu ijtihad.
Sifat dasar ajaran Islam, antara lain sebagai benikut: (1) kesatuan antara materi dan rohani; (2) cara hidup yang Iengkap; (3) keseimbangan antara pribadi dan masyarakat; (4) universalitas dan humanisme.
Karakter Islam antara normativitas dan historisitas: (1) norma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Islam normatif, yaitu Islam sebagai wahyu; (2) Islam historis adalah Islam sebagai sejarah.
Monalitas Islam, meliputi: (1) ibadah dalam Islam merupakan cara untuk menyucikan din. Dasar ibadah adalah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya; (2) pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang dan benlangsung sepanjang hayat (long life education); (3) Islam juga menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabanan, kesetiaan, kesamaan derajat, tenggang nasa, dan kebersamaan.


BAB V
ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU

Islam datang untuk meluruskan agama-agama sebelumnya yang telah diselewengkan oleh pengikutnya. Islam dibawah oleh Nabi Muhammad SAW dengan Al-Qur’an sebagai kita suci yang otentitas sebagai wahyu Allah SWT, tidak diragukan lagi Allah SWT menantang manusia yang meragukannya sebagai wahyu Allah SWT, untuk membuat ayat yang serupa dengan Al-Qur’an, tetapi manusia tidak sanggup membuat tandingannya yang kekhasan dan keunikannya sama dengan Al-Qur’an.
A.    Hakikat Wahyu Al-Qur’an
1.      Pengertian Wahyu
Wahyu adalah perkataan yang menunjukkan dua arti pokok. Dua hal yang tersembunyi dan cepat. Arti yang tersembunyi tersebut cepat ditangkap, khususnya bagi orang-orang yang menghadapkan perhatian kepadanya.
2.      Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup dan melemahkan bangsa arab yang terkenal kemajuan sastranya (fasih) dan tinggi susunan bahasanya.
3.      Otentitas Kewahyuan Al-Qur’an
Perdebadatan sekitar otentitas Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT. (Wahyu) telag terjadu sehak Al-Qur’an diturunkan. Manusia tidak akan mampu menyusun satu ayat pun sebagaimana Al-Qur’an, baik segi susunan dan keindahan bahasanya maupun maknanya.

B.     Fungsi Al-Qur’an
Kadar M. Yusuf (2009:177) menegaskan bahwa AL-Quran memiliki beberapa fungsi di tengah-tengah manusia, yaitu menjadi maw’izhah, syifa’, al-qalb, hudan, rahmah, dan al-furqan.
1.      Maw’izhah
Kata maw’izhah merupakan mashdar mimi dari kata wa’azha. Secara harfiah, maw’izhah berarti an-nushhu (nasehat) dan at-tadzirr bi al-awaqib (memberi peringatan yang disertai ancaman).


2.      Syifa’ (Obat)
Secara harfiah, syifa’ berarti obat. Al-Qur’an sebagai asy-syifa’ merupakan obat bagi manusia. Arti Al-Qur’an dapat mengobati penyakit yang timbul di tengah-tengah komunitas manusia.
3.      Hudan (Pertunjuk)
Kata hudan berasal dari kata hada. Dari kata ini juga terbentuk kata hidayah dan al-hadi, dan yang terakhir merupakan salah satu asmaul husna. Secara harfiah, ia berarti menjelaskan, memberi tahu dan menunjukkan.
4.      Rahmah
Hijazi mendefinisikan rahmat sebagai “Kelembutan hati yang melahirkan perbuatan baik (ihsan) ramah, dan kasih sayang terhadap orang lain”
5.      Furqan
Secara hariah kata furqan berasal dari kata faraqa, yang berati pembeda. Al-Quran menyebut dirinya sebagai pembeda (furqan) antara yang benar dan yang salah, anatara yang hak dan yang batil.

C.    Hubungan Al-Qur’an dan Hadis, Ijma dan Qiyas
Al-Qur’an adalah Hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya wajib dipatuhi. Tidak ada perbedaan sedikit pun di antara umat islam bahwa Al-Quraan sebagai sumber pokok ajaran islam.
1.      Kehujjahan Al-Qur’an
Al-Qur’an menempati kedudukan pertama dari sumber hukum lain dan merupakan aturan dasar tertinggi. Oleh karena itu sumber hukum dan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an.
2.      Kehujjahan As-Sunnah
a.       Ijma’
Ijma’ menurut bahasa berarti kesepakatan atau sependapat tentang suatu hal. Menurut istilah ijma’ adalah kesepakatan mujtahid tentang hukum syara’ dari suatu peristiwa yang terjadi setelah Rasulullah SAW wafat.
b.      Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan, membandingkan, atau mengukur. Menurut ulama ushul fiqh, qiyas merupakan penetapan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya.

3.      Hubungan Al-Quran dan As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Hubungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, ijma’ dan qiyas adalah sebagai sumber dalil syar’I yang ketiganya (As-Sunnah, ijma dan qiyas) digunakan setelah melihat dalam Al-Qur’an tidak terdapat penyelesaian dan penjelasannya.

D.    Pendekatan pokok dalam Studi AL-Qur’an
Al-Quran berupa teks dan dipengaruhi oleh konteks yang ada (asbabun nuzul) jadi dalam pendekatannya diperlukan interpretasi teks tanpa melupakan konteksnya. Pendekatan Al-Qur’an tidak terdapat penyelesaian dan penjealsannya.
1.      Tahlili
Tafsir tahlili (analisis) yaitu menafsirkan Al-Quran berdasarkan susunan ayat dan surat yang terdapat dalam mushaf.
2.      Muqaran
Secara harfiah, muqaran berarti perbandingan secara istilah tafsir maqarab berarti metode atau teknik menafsirkan Al-Qur’an dengan cara membandingkan pendapat seorang musafir dengan musafir lainnya.
3.      Ijmali
Tafsir ijmali adalah metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara m engemukakan makna global.
4.      Maudhu’I
Tasfir maudhu’I (tematik) yaitu menafsirkan ayat AL-Qur’an tidak berdasarkan urutan ayat atau surat yang terdapat dalam mushaf.
Kesimpulan
Pada hakikatnya, Al-Qur’an adalah  kalam Allah SWT yang disampaikan dalam bahasa Arab diturunkan berangsur-angsur melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai mukjizat disampaikan kepada kita penganutnya secara mutawatir yang telah ditulis di mushaf usmani.





BAB VI
ISLAM DAN SEJARAH SOSIAL BUDAYA

Budaya adalah sesuatu yang akan memenuhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.
A.    Hakikat Kebudayaan dan Agama
1.      Pengertian Kebudayaan
Pengertian k ebudayaan menurut S. takdir Alisyahbana (1986:207-208) adalah sebagai berikut.
a.       Keseluruhan yang kompleks yang terjadi atas unsur-unsur yang berbeda-beda dari semua percakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat
b.      Warisan sosial atau tradisi
c.       Cara, aturan, dan jalan kehidupan manusia
2.      Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil, yang merupakan bagian dari suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan.
3.      Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil karya, cara dan cita-cita masyarakat yang memiliki unsur-unsur tingkat dan kegunaan. Pada prinsipnya, kebudayaan berfungsi selama anggota masyarakat menerimanya sebagai petunjuk perilaku yang pantas.
4.      Agama sebagai Gejala Budaya dan Sosial
Sifat-Sifat Budaya
Pada awalnya ilmu hanya terdiri atas dua macam, yaitu ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman seperti fisik, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari hukum alam.

B.     Kelahiran Islam dan Sentuhan Budaya Arab Pra-Arab
1.      Arab Pra-Arab
Adapun ciri-ciri utama tatanan Arab Pra-Islam adalah sebagai berikut :
a.       Menganut paham kesukuan
b.      Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas, faktor keturunan lebih penting dari kemampuan
2.      Pra-Islam di Mekah
Pada masa pra-islam, di mekah sudah terdapat jabatan penting yang dipegang oleh Qushayy bin Qilab pada pertengahan abad ke-5 M dalam rangka memelihara Kabah.
3.      Ibadah Pra-Islam
Demi kepentingan ibadah, bangsa Arab Pra-Islam membuat 360 buah berhala di sekitar Kabah karena setiap kabilah memiliki berhala (Mushthafa Said Al-Khinn, 1984 : 15-16)

C.    Islam Sebagai SIstem Kebudayaan
1.      Gejala Intelektual pada Abad ke-21
Salah satu gejala intelektual yang menarik pada abad ke-21 adalah besarnya minat untuk memepelajari agama islam sebagai sistem kebudayaan yang mencakup pengetahuan.
2.      Eksistensi agama
Secara historis, jauh sebelum munculnya gejala tersebut para ahli antropologi dan sosiologi pada pertengahan dan akhir abad ke-19 cenderung menulis eksistensi agama itu sendiri, terutama mengenai ketidak sesuaian dengan masyarakat industri.
3.      Gejala agama islam digunakan sebagai kendaraan politik
a.       Simbol religio-Kultural
Di negara-negara muslim khususnya, simbol religio-kultural pada umumnya masih didasarkana pada pandangan islam.
b.      Perubahan Sosial di Kalangan Umat Islam
Kenyataan yang menunjukkan adanya perubahan sosial di kalangan umat islam adalah bahwa pada satu sisi, dalam kenyataannya terdapat diversitas religius, politik, budaya serta diversitas lain.
c.       Konsep Kebudayaan Islam
Berbicara tentang konsep kebudayaan islam tidak terlepas dari kebudayaan itu sendiri, yaitu sesuatu yang dokonstruksi (Clemmer, 1969), yang mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial.
d.      Munculnya Antropologi Islanm sebagai Disiplin Akademis yang Mandiri
Muncul antropologi islam sebagai disipiplin akademis yang mandiri, memiliki konsekuensi yang membawa pada persepktif yang lebih sempit


D.    Pendekatan Pokok dalam Studi Budaya
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatn dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, keseniaan, adat istiadat, dan kegiatan (usaha) batin untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.
1.      Karakteristik Studi Budaya
2.      Pendekatan Kebudayaan dalam Memahami Agama
3.      Pendekatan Kebudayaan terhadap Agama

Kesimpulan
Budaya adalah hasil cipta karya dan karsa manusia yang diwujudkan dalam aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Menuruta Pitirim Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang yang memperlajari hubungan dan timbal balik berbagai macam gejala sosial, seperti gejala ekonomi dan gejala moral. Adapun kebudayaan adalah serangkaian aturan, pertunjukan, resep, rencana, dan strategi yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang dimiliki manusia, dan digunakannya secara selektif dalam mengahdapi lingkungannya sebagaiman terwujud dalam tingkah laku dan tindakan-tindakannya.


BAB VII
ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH

Render unto Caesar that of the Caesar’s and unto God that of the God’s” demikian teriak filsuf Barat dalam keheningan dan kegelapan abad pertengahan, yaitu dominasi gereja. Ucapan ini pada kemudian hari menjadi roh dan semangat bagi satu ajaran yang sekarang kita kenal dengan istilah sekularisme. Kalimat yang sesungguhnya merupakan ucapan Nabi Isa itu menandai berakhirnya hubungan baik antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan gereja.
A.    Hakikat Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat
1.      Pengertian pengetahuan
Knowledge by present, artinya pengetahuan yang diperoleh secara langsung dan tidak memerlukan landasan teori apa pun. Contohnya, pengetahuan tentang rasa lapar. Rasa lapar selalu bersama dengan lapar itu, pengetahuan ini tidak membutuh pengetahuan luar.
2.      Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘Ilmun yang berarti tahu atau mengetahui. Menurut Bahruddin Salam (1995) dalam bukunya filsafat manusia (antropologi metafisika):
“Ilmu pengetahuan adalah kumpulan mengenai suatu hal tertentu (objek) yang memberikan kesatuan yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab dari hal atau kejadian itu.”
3.      Pengetrian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa arab. Orang arab mengambilnya dari bahasa arab Yunani, yaitu phiosophie. Dalam bahasa Yunani. Philosophie merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sopia, menurut Pujawiyatna (1987), philo artinya cinta dalam arti seluas-luasnya, sedangkan sofia artinya kebijaksanaan.
4.      Perbedaan Filsafay, Ilmu dan Pengetahuan
Perbedaan antara pengetahuan, ilmu dan filsafat adalah sebagai berikut. Pengetahuan berada pada tahap pertama yaitu sekadar mengetahui secara umum dan tidak sampai mengakar, sedangkan ilmu sudah sampai pada tahapan yang kedua.

B.     Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah
1.      Hakikat Metode Ilmiah
2.      Kriteria Metode Ilmiah
3.      Struktur pengetahuan ilmiah

C.    Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dari aspek pragmatis terbagi dua, pertama ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi yang bertujuan mencari hukum-hukum alam atau mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam.
1.      Ilmu-Ilmu Alam
Merupakan kenyataan yang tidak tergoyahkan bahwa pemikir ilmiah selalu berada di belakang setiap kemajuan yang dicapai manusia dari masa ke masa.
2.      Ilmu-Ilmu Sosial
Dinamakan ilmu-ilmu sosial karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya.
3.      Humaniora
Pembahasan menegnai humaniora tidak jauh berbeda dengan ilmu sosial, sebab humaiora juga menempatkan manusia sebagai objek kajiannya.

D.    Pendekatan Pokok Studi Ilmiah : Interdisiplin, Multidisipin, dan Pengkajian Islam Secara Saintifik
1.      Pendekatan Interdisiplin
Onterdisiplin  pendekatan terjadi apabila objek sebuah disiplin ilmu di dekati dengan pendekatan disiplin ilmu lainnya, misalnya gabungan pendekatan sosiologis dan historis, atau sosiologis.
2.      Pendekatan Multidisiplin
Multidisiplin muncul apabila sebuah kajian sebuah disiplin ilmu didekati dengan dua pendekatan disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya, hukum didekati dengan sejarah dan sosial, yang kemudian menghasilkan kajian sejarah sosial hukum islam.
3.      Pengkajian Islam Secara Saintifik
Pengkajian islam secara saintifik yang berorientasi pada tranfirmasi pasikologi telah berkembang pada pengkajian secara analitis yang berfungsi pada level yang objektig untuk tranformasi kemasyarakatan.

Kesimpulan
Perbedaan antara pengetahuan, ilmu, dan filsafat adalah sebagai berikut. Pengetahuan berada pada tahap pertama yaitu sekadar mengetahui secara umum dan tidak sampai mengakar.
BAB VIII
PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

Ketika pluralisme agama semakin disadari oleh banyak tokoh agama, baik melalui perkembangan pengetahuan, peradaban kebangsaan maupun lainnya, banyak pemikir agama islam mulai menaruh minat pada metodologi studi islam. Dari metode-metode itu, ada yang bersifat apriori dan metagisik.
A.    Hakekat Pendekatan Studi Islam
1.      Pengertian Pendekatan
2.      Pendekatan Studi Islam
3.      Pendekatan dan Metodologi Studi Islam

B.     Bentuk Pendekatan Studi Islam
1.      Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a.       Misionaris tradisional
b.      Apologetik
c.       Irenic
2.      Pendekatan Antropologis
3.      Pendekatan Sosiologis
4.      Pendekatan Teologis
5.      Pendekatan Fenomenologis
6.      Pendekatan Filosofis
7.      Pendekatan Historis (Sejarah)
8.      Pendekatan Politis
9.      Pendekatan Psikologis
10.  Pendekatan Interdisipliner

C.    Bentuk Pendekatan Studi Islam
1.      Pola Pengkajian Islamic Studies
2.      Studi Islam Pendekatan Filosofis
3.      Studi Islam Pendekatan Sosiologis
4.      Studi Islam Pendekatan Antropologis
5.      Studi Islam Pendekatan Fenomenologis
6.      Studi Pendekatan Hitsoris
7.      Studi Pendekatan Kawasan

D.    Perkembangan Akhir Pendekatan Studi Islam
1.      Metode Daikronis
2.      Metode Sinkronis-Analitis
3.      Metode Problem Solving (Hill Al-Musykilat)
4.      Metode Empiris (Tajribiyyah)
5.      Metode Deduktif Induktif

Kesimpulan
Pada hakikatnya, pendekatan metodologi studi islam adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
Adapun pendekatan studi islam antara lain, pendekatan normatif, adalah pendekatan yang lebih menekankan aspek norma-norma dalam ajaran islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah.



BAB IX
METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM

Fenomena pemahaman keislaman umat islam masih ditandai keadaan yanag sangat variatif. Timbulnya kevariatifan ini disebabkan umat tersebut keliru memahami islam.
Islam mempunyai banyak dimensi, mulai keimanan, akal, ekonomi, politik, lingkungan, perdamaian sampai kehidupan rumah tangga. Dalam memahami berbagai dimensi tersebut, ajaran islam memerlukan berbagai pendekatan yang dikaji dari berbagai ilmu.
A.    Metodologi Ulumul tafsir dan Ulumul Hadi
1.      Metodologi Ulumul Tafsir
a.       Pengertian Tafsir
b.      Model Tafsir
c.       Model Penelitian Tafsir
2.      Metodologi Ulumul Hadit
a.       Pengetrian Hadis
b.      Model Penelitian Ulumul Hadis

B.     Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)
1.      Model M. Amin Abdullah
2.      Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry, dan Harun Nasution
3.      Model Ahmad Fuad Al-Bahwani
4.      Model Penelitian Ilmu Kalam

C.    Metodologi Tasawuf dan Mistis Islam
1.      Model S yyed Husein Nasr
2.      Model Mustafa Zahri
3.      Model Kautsar Azhari Noor
4.      Model Harun Nasution
5.      Model AJ. Arberry

D.    Metodologi Kajian  Fiqh dan Kaidah Ushuliyah
1.      Pengertian Fiqh dan kaidah Ushuliyah
2.      Sumber Pengambilan Kaidah Ushuliyah
3.      Model-Model Penelitian Kajian Fiqh

E.     Metodologi Pemikiran Modern
1.      Pengertian
2.      Aspek Pembaharuan
3.      Model Penelitian Pembaharuan

F.     Metodologi Pendidikan Islam
1.      Pengertian
2.      Aspek-Aspek Pendidikan Islam
3.      Model PEnelitian Ilmu Pendidikan Islam

G.    Metodologi tekstual, Kontekstual dan Metodologi Muqaranah Mazhab
1.      Metodologi Tekstual dan Kontekstual
2.      Metodologi Muqaranah Mazhab

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan adanya upaya penafsiran Al-Qur’an sejak zaman Rasulullah SAW, sehingga saat ini, ulumul tasfir digunakan untuk mengetahui kandungan kitabullah (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Metodologi ulumul hadis merupakan metodologi yang digunakan untuk mengetahui fungsi Al-Qur’an dan hadis serta menekankan  fungsi dan maksud firman Allah SWT.
Berbagai metode penelitian filsafat islam dilakukan para ahli dengan tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi perkembangan filsafat islam selanjutnya.







BAB X
DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

A.    Konsep Dimensi-Dimensi Dalam Islam
Dimensi-dimensi islam yang dimaksud pada bagian ini adalah sisi keislaman seseorang, yaitu iman, islam, dan ihsan.
1.      Syariat
2.      Tarikat
3.      Sufisme

B.     Munculnya Aliran Pemikrian Dalam Islam
1.      Munculnya Perbedaan Antara Umat Islam
2.      Aliran-Aliran Teologi Islam
3.      Aliran-Aliran Sepaham Dengan Qadariah

C.    Mengkritisi Aliran-Aliran Pemikiran dalam Islam
1.      Aliran-Aliran Kalam
2.      Aliran-Aliran Fiqh
3.      Aliran-Aliran Tasawuf
4.      Aliran Filsafat

D.    Kilas Balik Pemikiran Islam
Penelitian agama (research in religion) dapat kita bedakan dengan penelitian keagamaan (religias research). Jika yang pertama menggunakan materi agama tertentu sebagai objek penelitiannya, yang kedua objek penelitiannya adalah agama sebagai produk interaksi sosial (Atang Abd. Hakim, 2009 : 63).

Kesimpulan
Pada hakikatnya, dimensi-dimensi dalam islam, yaitu imam, islam ihsan, syariat, tarikat dan sufisme.
Syariat adalah hukum hasil dari syariat (shalat, puas, dan lain-lain) dan tarikat (zikir, tafakur, dan lain-lain). Sufisme merupakan tingkatan terakhir (makrifat dan hakikat) yang ditumpuh oleh seseorang dalam mencapai tingkat kesufian.
BAB XI
MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN

Penelitian adalah serangkaian upaya yang bertujuan untuk mengungkapkan fenomena dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Upaya penelitian harus sistematis, logis dan metodologis. Penelitian adalah upaya yang sistematis, logis, dan metodologis yang bertujuan untuk mengidentifikasikan, mendiskripsikan, mengeksplanasikan, dan memprediksikan fenomena dengan cara memandang fenomena tersebut sebagai sekumpulan variabel atau hubungan antarvariabel.
A.    Hakikat Penelitia Agama
1.      Arti Penelitian
2.      Arti Penting Penelitian Agama

B.     Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
1.      Karakteristik Penelitian Agama dan Keagamaan
2.      Perbedaan Antar Penelitian Agama dan Keagamaan
3.      Perilaku Tipe Keagamaan

C.    Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan
1.      Hakikat Konstruksi Teori
2.      Peran Teori Dalam Penelitian
3.      Teori-Teori Digunakan Dalam Penelitian

D.    Model-Model Penelitian Keagamaan
1.      Berdasarkan Tujuan yang Hendak Dicapai
2.      Model Penelitian Agama Melalui Pendekatan Sosiologis
a.       Analisis Sejarah
b.      Analisis Lintas Budaya
c.       Eksperimen
d.      Observasi Partisipatif
e.       Riset Survei dan Analisis Statistik
f.        Analisis Isi


Kesimpulan
Pada hakikatnya, penelitian agama berarti menempatkan agama sebagai objek penelitian. Perbedaan antara penelitian agama dan keagamaan terletak pada objek penelitiannya.
Penelitian agama mengkaji agama sebagai dokrin, sedangkan objek penelitian keagamaan adalah agama sebagai gejala sosial.
Teori dalam konstruksi penelitian keagamaan, diantaranya teori perubahan sosial, teori struktural-fungsi, teori antropologi dan sosiologi agama, teori budaya dan tafsir budaya simbolis, teori pertukaran sosial dan teori sikap.


BAB XII
PERBANDINGAN DALAM STUDI ISLAM : POSISI ISLAM DI ANTARA
AGAMA-AGAMA DI DUNIA

Studi agama banyak mendapat kritik dari sebagaian besar kelompok masyarakat, yang dialamatkan pada lembaga perguruan tinggi Agama Islam karena menjadikan agama sebagai objek studi ilmiah (scientifc study) apalagi pendekatan yang digunakan adalah filsafat. Menurut mereka agama yang merupakan wahyu Tuhan adalah sesuatu yang memiliki kebenaran absolut, berada di luar kemampuan akan manusia untuk menjangkaunya sehingga cukup dipercayakan dan diamalkan saja.

A.    Hakikat Perbandingkan Agama
1.      Arti Perbandingan
2.      Perbandingan Agama
3.      Studi Perbandingan Agama

B.     Islam dan Perbandingan Agama Lain
1.      Hakikat Islam dan Perbandingan dengan Agama Lain
2.      Perbedaan Islam dengan Agama-Agama Lain
3.      Perbedaan Sistem Ketuhanan dengan Agama Lain
4.      Perbandingan Agama Islam dengan Kristen
5.      Posisi Islam diantara Agama di Dunia

C.    Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan
1.      Faktor Perbedaan
2.      Faktor Kesamaan Keyakinan

D.    Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam
1.      Kendala Perbandingan Agama
2.      Tentang yang Dihadapi Setiap Agama
3.      Prospek : Upaya Mengatasi Kendala dan Tantangan perbandingan Agama



Kesimpulan
Pada hakikatnya, perbandingan dalam studi islam merupakan cara untuk mengembangkand an memperluas cakrawala pemahaman terhadap agama. Kemudian, berusaha untuk memahami kehidupan batin orang ataupun masyarakat, yang berkaitan dengan perilaku beragama seseorang dalam hubungan dengan tuhan, atau dengan apa pun yang dianggap sakral.
Perbandingan agama mengandung unsur kepekaan tinggi, yang tidak j arang mengundangan kecurigaan, bahkan permusuhan. Membandingkan sesuatu dengan sepadannya dapat diartikan menempatkan satu pihak lebih unggul daripada pihak lain. Oleh karena itu, perbandingkan atau komparasi sering berujung dengan kompetisi.



BAB XIII
STUDI KAWASAN ISLAM

Satu hal yang sangat menarik dalam islam -seperti yang digambarkan selama ini- adalah islam memiliki karakteristik global. Dapat diterima dalam setiap ruang dan waktu. Akan tetapi, pada sisi yang lain.
A.    Hakikat Studi Kawasan Islam
1.      Pengertian Studi Kawasan Islam
2.      Sejarah Studi Kawasan
3.      Studi Kawasan

B.     Studi Kritis terahdap Orientalisme dan Oksidentalisme
1.      Hakikat Orientalisme
2.      Orientalisme : Melihat Islam Kritis
3.      Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati

C.    Dunia Islam sebagai Objek Studi antara Timur dan Barat
1.      Objek Studi Islam
2.      Islam dan Globalisasi
3.      Islam Eksklusif dan Inklusif
4.      Islam Liberal
5.      Jihad dan Terorisme

D.    Problem dan Prospek Pendekatan Studi Kawasan dalam Studi Islam dan Komunitas Muslim
1.      Beberapa Persoalan dan Survai Literatur
2.      Pendekatan Studi Kawasan
3.      Prospek Pendekatan Studi Kawasan
4.      Signifikansi dan Kontribusi

Kesimpulan
Pada hakikatnya studi kawasan islam adalah kajian yang dapat menjelaskan situasi sekarang karena menguraikan fokus materi kajiannya tentang berbagai area mengenai kakwasan dunia islam dan lingkup pranata yang ada di dalamannya.
BAB XIV
ISLAM DAN GAGASAN UNIVERSAL

Fenomena kehidupan saat ini menarik untuk dicermati. Realita kehidupan tidak ubahnya seperti dunia di dalam rumah; tidak mengenal jarak dan waktu. Apa yang terjadi di belahan dunia timur dapat disaksikan dengan cepat oleh penduduk dunia belahan barat.
A.    Hakikat Islam dan Globalisasi
1.      Pengertian Islam dan Globalisasi
2.      Karakteristik Islam Globalisasi
3.      KArakteristik Globalisasi

B.     Modernisme dan Puritanisme
1.      Pengertian Modernisme
2.      Pengertian Puritanaisme
3.      Puritanisme/ Pemurnian dan Modernisasi/ Tajdid dalam Islam

C.    Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
1.      Pengertian Fundamentalisme dan Radikalisme
2.      Karakteristik Fundamentalisme dan Radikalisme
3.      Ideologi Islam Radikal

D.    Islam Eksklusif, Inklusif, dan Islamisasi Sains
1.      Pengertian Ekslusif dan Inklusif
2.      Ciri-Ciri Islam Eksklusif dan Inklusif
3.      Islamisasi Sains

E.     Pluralisme Agama-Agama
1.      Pengertian Pluralisme Agama
2.      Hakikat Pluralisme Agama
3.      Ayat-Ayat Al-Qur’an yanag Sering Dijadikan sebagai Landasan untuk Mendukung Pluralisme Agama



Kesimpulan
Pada hakikatnya dalam menghadapi era global, islam tidak pernah menutup diri. Islam adalah sebuah dokrin agama yang menghendaki pemeluknya untuk dapat hidup lebih baik dan lebih maju. Akan tetapi ia juga tidak menerima seluruhnya tanpa reserve. Islam akan menerima globalisasi apabila menimbulkan kemaslahatan bagi manusia. Pada sisi lain, islam akan menolak globalisasi jika ia memberikan kerusakan bagi peradaban manusia dan tidak selaras dengan nilai-nilai islam.
Bagi kaum fundamentalis, pluralisme merupakan hasil dari permahaman yang keliru terhadap teks jkita suci. Pemahaman ini muncul tidak hanya dari intervensi nalar terhadap teks, tetapi juga karena perkembangan masyarakat yang lepas dari kendali agama.


BAB XV
DINAMIKA ISLAM KONTEMPORER

Sejak masa klasik, dinamika pemikiran dan gerakan islam selalu dipengaruhi oleh konfigurasi poltik penguasa. Artinya, ada pemikiran dan gerakan menjadi “mazhab” penguasa dan sebaliknya, ada yang dilarang, bahkan dibrangus demi menjadi “stabilitas”. Dinamika pemikiran dan gerakan islam di indonesia sangat menarik karena ada sejumlah paradoks dan gesekan yang cukup tajam.
A.    Modernisme dan Post-Modernisme/ Neomodernisme
1.      Modernisme
2.      Post moernisme/ neomodernisme
3.      Rekontruksi Pemikiran Islam : Neomodernisme

B.     Islam Liberal
1.      Pengertian Islam Liberal
2.      Munculnya Islam Liberal
3.      Agenda-Agenda Islam Liberal

C.    Islam Kultural dan Islam Struktural
1.      Islam Kultural
2.      Strukturalisme
3.      Ciri Strukturalisme
4.      Gagasan Strukturalisme

D.    Post-Tradisionalisme Islam, Jihad dan Teror
1.      Hakikat Post Tradisional
2.      Hakikat Jihad
3.      Memahami Terorisme
4.      Perbedaan Jihad dengan Terorisme

Kesimpulan
Pada hakikatnya, post-modernalisme atau nemodernisme dapat diartikan dengan “pemahaman modernisme baru”


Comments