A.Pengertian Globalisasi.
Pasca perang dingin
beberapa system baru menggugurkan hal yang mempersiapakan rangka kerja yang
berbeda untuk hubungan internasional. Pasca perang dingin suasa dunia sangat
brantakan, membingungkan dan tak terdefinisikan. Tetapai lebih dari itu kita
berada dalam system internasional yang baru. System yang baru tersebut memiliki
logika sendiri yang unik, berbagai peraturan, tekanan intensif, dan memiliki
nama sendiri nyaitu globalisasi. Globalisasi bukan hanya model ekonomis, dan
bukan hanya model yang telah berlalu. Ini merupakan system internasional yang
dominant yang menggantikan system perang dingin setelah runtuhnya tembok
berlin. Makasud dari sebagai system internasional dalam perang dingin memliki
struktur kekuatan sendiri keseimbangan antara Amerika dengan Uni Soviet. Perang
dingin memiliki trent tersendiri yaitu pertikaian antara kapitalisame dengan
komunisme, antara blok barat dengan timur. Dari seluruh elmen yang berada dalam
perang dingin tersebut mempengaruhi politik, perdagngan dan hubungan Negara
diberbagai belahan dunia. (ThomasL.Freidman:2002).
Sedangkan globalisasi
merupakan system internasional yang serupa dengan atribut unik dan berbeda, dan
memiliki ciri yang istimewa integrasi. Dunia menjadikan tempat untuk menjalin
hubungan, dan hari ini, apakah ada suatu Negara atau perusahaan ancaman dan
peluang anda semakin tergantung dari kepada siapa anda dihubungkan. Globalisasi
ini dihubungkan dengan satu kata jaringan (web). System
globalisasi bersifat dinamis dan berkesinambungan. Maka dalam mendefinisikan
globalisasi adalah integrasi yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dari pasar,
Negara dan teknologi sampai pada tingkat yang tak pernah disangsikan sebelumnya
dalam caranya yang memungkinkan setiap individu, perusahaan dan bangsa-bangsa
untuk mencapai seluruh dunia yang lebih jauh, lebih cepat lebih murah dari yang
pernah ada sebelumnya. Sedangkan ide di belakang globalisasi adalah capitalisme
pasar bebas dan semakin anda membiarkan maka kekuatan pasar bekuasa dan
semakin anda membuka perekonomian anda bagi pergagangan bebas dan kompetisi.
Globalisasi berarti penyebaran kapitalisme pasar bebas keseluruh Negara di
dunia. Globalisasi memiliki meliki peraturan perekonomian tersendiri peraturan
yang bergulir sekitar pembukaan deregulasi, privatisaasi perekonomian guna
lebih kompetitif dan atraktif bagi invertasi luar negeri. (Thomas
L.Freidman:2002).
Bahasa globalisasi patut
mendapatkan perhatian khusus. Kata globalisasi itu sendiri, dalam kebanyakan
penggunaannya tidak mengandung satu konsep tertentu. Persolannya tidak sekedar
penggunaan kata oleh intelektual, penggunan istilah yang kabur maknanya iatu
merupkan tabir yang efektif untu menutup sebab akibat. Menegah analisis tentang
apa yang sedang terjadi, oleh siapa, terhadap siapa, untuk siapa, dan dengan
akibat apa. Terdapat dua macam perkembangan modalis di padukan dengan
istilah globalisasi. Pertama, perkembangan teknologi dan kedua, paerkembangan
dalam pemusatan kekuasaan. (Peter Marcus: 2003).
Istilah globalisasi
sering diartikan berbeda dengan yang lainnya, sehingga disini kita perlu
penegasan ada perbedaan waktu dan wilayah, persis seperti yang bisa disaksikan
oleh orang-orang ditempat kejadian. Kita dapat berbicara lewat tulisan melalui
internet, yang berarti tidak ada sensor dari tangan siapapun. Dengan alat
canggih tersebut, kegelamoran dan kebebebasan berlebihan yang terjadi di
Hollywod detik ini kita dapat saksikan di sini detik ini pula, jika kejadian
tersebut disiarkan langsung melalui satelit. Yang saya ingin kemukakan bahwa
globalisasi ini berrarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan
agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa komunikasi, dan informasi hasil
moderniasasi teknologi. Pertemuan dan gesekan ini akan menghasilkan
kompetisi liar yang saling dipengaruhi dan mempengaruhi, saling bertentangan
dan bertabrakan nilai-nilai yang berbeda yang akan menghasilkan kaliah atau
menang atau kerjasama yang mengahasilkan sintera dan analisa baru. (Qodri
Azizy: 2003).
C. Globalisasi Sebagai
Ancaman
Kita hidup di era
globalisasi ini memiliki banyak resiko yang tidak pernah di jumpai pada masa
sebelumnya. Resiko tersebut mempengaruhi kita, dan tidak jadi soal dimana kita
hidup dan tidak peduli bagaimana kedudukan kita. Paket perubahan dengan
globalsasi dan bentuk resiko dan ketidak pastian dalam perekonomian elektonik
global yang sendiri baru berkembang akhir-akhir ini. Dalam kaitanya ilmu
pemngetahuan resiko sangat terkait denangan penemuan inovasi baru. Resiko
tersebut tidak dieliminisir tetapi bagaimana kita menghadapi dan keberanian dalam
melakukan segala sesuatu. (Anthony Giddens:2004).
Kebanyakan perusahaan
Multinasional rakasasa yang berbasis di Amerika. Tidak semuanya berasal dari
Negara-negara kaya, namun juga tidak bersal dari wilayah yang lebih miskin
didunia. Pandangan yang pesimis terhadap globalisasi sebagian berdasar
merupakan urusan Negara industri utara, dimana masyarakat yang berkembang di
selatan hanya berperan sedit atau tidak sama sekali. Pandangan ini juga
menganggap bahwa globalisasi telah menghancurkan kebudayaan local, memperluas
kesenjangan dunia, dan yang membuat keghidupan kaum miskin semakin terpuruk.
Dan beberapa pihak mengatakan bahwa globalisasi menciptakan dunia terbelah
antara pemenang dan pecundang, hanya sedikit sekali yang maju menuju
kemakmuran, sementara yang lain mengalami kehidupan yang penuh kesengsaraan dan
keputusasaan. Banyak data statistic yang memperlihatkan bahwa mereka yang
miskin seperlima penduduk dunia, pendapatannya merosot dari 2,3 sampai
1,4 % dari seluruh pendapatan dunia, tetapi bagi Negara yang maju malahan
jumlah pendapatannya meningkat. Sedangkan pada Negara kurang berkembang,
regulasi mengeai keselamatan dan lingkungan hidup cukup rendah atau sama sekali
tidak ada. Dan orang mengatakan bahwa sekarang mirip dengan kampong global (global
village), tetapi lebih tepat dengan penjarahan global (global
pillage). (Anthony Giddens:2004). Dengan berlangsungnya proses globalisasi
telah melahirkan apa yang disebut oleh Marshall McLuhan the global
village. (HAR.Tilaar:2002).
Dengan kebijakan akses
pasar dan domestic support terhadap perusahaan multi nasional dan besar alasan
persaingan global ini akan memaksa pemerintah untuk mengubah kebijaksaan dari
subsidi petani kecil menjadi subsidi pada perusahaan agribisnis raksasa, dan
proses ini sekaligus menggusur kemapuan petani kecil sebagai produsen.
Salah satu dampaknya bagi petani adalah melepaskan sumber alam terutama tanah
mereka, sedangkan dalam sector urban kebijakan yang didorong oleh globalisasi
ini, penghapusan subsidi akan menyingkirkan dan memarjinalkan masyarakat miskin
kota. (Mansuor Fakih: 2001).
Globalisasi sebagai
ancaman, dengan meyebarnya alat komunikasi, kita dapat mengakses dan melihat
gambar-gambar jorok. Dengan melihat pruduk iklan menjadikan menjadikan
masyarakat berbudaya kumsumtif dengan gaya hidup seperti apa yang ada pada
sinetron atau bahkan senang dengan gaya hidup global. Dengan melihat adegan
kekerasan menjadikan sifat dan mental anak kecil meniru kekerasan. Sedangkan
bagi faham kebebasan menjadikan anak ABG mendefinisikan kebebesan sama dengan
kebebasan pada dunia sekuler, sehingga disini nilai agama, norma dan budaya
local terancam olehnya. Kebebasan tersebut adalah kebebasan yang menjurus pada
kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme. (Qodri
Azizy: 2003).
D. Tantangan terhadap
Globalisasi
Begitu dasyatnya arus
globalisasi maka muncullah berbagai program dalam rangka menghadapinya. Salah
satu yang menarik adalah seperti yang dicetuskan oleh kelompok sosial democrat
yang telah berkonggres di Paris 1999, yang mengeluarkan Deklarasi Paris.
Program tersebut adalah:
ü Program melawan
kemiskinan. Globalisasi yang menyebabkan banyak Negara semakin miskin dan
rendahnya kulitas sumber daya manusia, serta sumber daya alam. Negara tersebut
perlu dibantu dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan masalah kemiskinan
tersebut menjadi tanggung jawab masyarakat internasional.
ü Memperjuangkan
dan melaksanakan hak asasi manusia. Globalisasi telah menginjak hak asasi
manusia dengan alasan dalam perubahan sosial dan ekonomi semata-mata adalah
profit. Oleh sebab itu hak asasi manusia haruslah menjadi agenda internasional
untuk menjadi benteng arus globalisasi yang bersifat dehumanisasi.
ü Menciptakan dan
memelihara tatana dunia yang aman dan tenram. Kini yang menjadi kewajiban masyarakat
adalah bagaimana menciptakan agar dunia menjadi makmur dan kemakmuran tersebut
dilaksanakan dengan kerjasama internasional.
ü Perlunya tatanan
perekonomian dan keuangan yang baru. Lembaga perekonomian dunia perlu dibenahi
kembali untuk menciptakan tatanan yang sesuai dengan tuntutan hidup
internasional yang baru.
ü Melindungi dan
memelihara pelanet bumi sebagai tempat satu-satunya kehidupan bersama untuk
manusia. Disini menjadikan tugas dan tanggung jawab kita bersama dalam menjaga
kelestarian dan keseimbangan ekosistem.
Dalam menanggapi
globalisasi, dengan terjadinya gejala disintregasi sosial maka ia menawarkan
dengan memperkuat pada capital sosial. Capital sosial ini berarti kita
menghormati dan melaksanakan nilai yang berada dalam masyarakat. (HAR.Tilaar:2002).
Selanjutnya tanggapan
pula dilontarkan oleh Mansour Fakih dalam bukunya Runtuhnya Teori Pembangunan
dan Globalisasi. Ia memaaparkan reaksi yang ditimbulkan dari globalisasi baik
dari tingkat local dan interasional. Resistensi dari globalisasi adalah sebagai
berikut:
ý Gerakan kultural
dan agama terhadap globalisasi. Sudah lama terdapat fenomena gerakan yang
berbasis agama maupun budaya dalam melawan globalisasi. Seperti di Mesir
gerakan kaum muslimin yang mengalami kekecewaan terhadap pembanguan yang
melanda kaum muslimin kota, seghingga melahirkan gerakan yang berbasis
keagamaan yang dilabeli gerakan fundamentalisme. Gerakan resistensi terhadap
globalisasi juga melahirkan teologi yang berbasis keagamaan yang bercorak
pembebasan. Di India resistensi cultural dilakkan oleh kelompok Hindu Revivalis
yang mendesak India untuk memboikot barang prodksi luar negeri
ý Tantangan dari
new sosial movement dan global civil society. New sosial movement adalah
gerakan yang menentang pembangunan dan globalisasi, gerakan ini seperti gerakan
hijau, feminism, dan gerakan masyarakat akar rumput.
ý Gerakan
lingkungan terhadap globalisasi. Gerakan lingkungan tersebut seperti untuk
pemberdayaan rakyat. Gerakan ini membongkar kerusakan okosistem dunia yang
diakibatkan praktek politik ekonomi modern seperti dengan penggunaan
bahan-bahan kimia dalam pertanian. Kesadaran lingkunan ini mengacu pada
kesadaran lingkungan hidup yang melahirkan gerakan fasis ekologi.
(Mansuor Fakih: 2001).
E. Respon Islam terhadap
Globalisasi
Dalam menghadapi arus
globalisasi ini mejadaikan kita harus bersikap kritis dan penuh hati-hati.
Menurut Qodri Azizy masyarakat Islam dalam menilai globalisasi tersebut terbagi
menjadi tiga farian besar:
- Sikap dari golongan kaum Muslimin yang anti barat dan
anti modernisme.
- Kelompok yang terpengaruh oleh modernisasi dan
sekulerisasi, kelompok tersebut menjadikan pemisahan antara agama dan
politik atau maslah keduniaan lainnya. Kelompok ini menjadikan barat
sebagai kiblat dan role mode masa depan atau bahkan menjadikan barat
menjadi way of life.
- Kelompok yang bersikap kritis dan dan secara otomatis
tidak bersikap anti terhadap barat dan modernisasi. Kelompok tersebut
menerima dari barat degan menggunakan penyarinan dan melakukan pembenahan
apabila tidak sesuai dengan prinsip mereka. Kelompok ketiga ini melakukan
kerjasama dengan barat dan menunjukan identitasnya. (Qodri Azizy: 2003).
Akibat yang ditimbullkan
oleh globalisasi tersebut menyebabkan kemiskinan dan bentuk dehumaniasi yang
meluas. Maka respon umat Islam terhadap kemiskinan sesuai dengan perkembangan
kapitalisme global terbagi menjadi empat paradigma umat Islam:
- Paradigama tradisionalism tentang kapitalisme global.
Pemikiran tradisionaliusme ini tentang kapitalisme global yang menyebabkan
kemiskinan adalah merupakan hakekat dan rencana Tuhan. Manusia tidak
mengetahui sekenario besar dari Tuhan dari perjalanan umat manusia.
Masalah kemiskinan dan marginalisasi tidak ada kaitannya dengan
globalisasi dan neolibralisme.
- Paradigma modernis terhadap kapaitalisme libral.
Paradigma kaum modernis menilai tentang kemiskinan berakar pada persoalan
karena ada sikap mental atau budaya ataupun teologi mereka. Kemiskinan
tidak ada sangkut pautnya dengan globalisasi dan kapitalisme. Jika kita
perlu maka kita perlu menyiapkan umat Islam untuk bersaing dalam
globalisasi.
- Paradigma revivalis terhadap kapitalisme global. Mereka
melihat kenapa umat Islam mundur merupkan akibat dari banyaknya umat Islam
memakai ideology lain sebagai pijakan dasar dari pada al Quran. Sedangkan
dalam al Quran menyeduikan petunjuk yang komplet sebagai fondasi
bermasyarakat dan Negara. Globalisasi dan kapitalisme bagi mereka salah
satu agenda barat dan konsep non Islami yang di paksakan untuk masyarat
muslim.
- Paradigma Tranformatif terhadap Kapitalisme global.
Mereka percaya bahwa yang menyebabkan kemiskinan rakyat, disebabkan oleh
ketidak adilan system, ekonomi, politik, dan kultur yang tidak adil.
Sedangkan globalisasi adalah merupakan proyek kapitalisme yang lain bagi
golongan ini menjadikan sebab kemiskinan, marginalisasi, dan mengalineasi
masyarakat. Bagai mereka globalisasi dan kapitalisme merupakan ancaman
bagi orang-orang miskin. Karena globalisasi untuk kepentingan dan
akumulasi berbagai capital besar untuk menghancurkan lingkungan hidup,
segenap budaya sosial yang mana kehidupan masyarakat bergantung. (Mansuor
Fakih: 2002).
Sebagaimana dalam ajaran
Islam lebih menekankan keseimbangan antara dunia dan akherat. Dari ajaran
tersebut menjadikan kita mampu mendialogkan antara kepentingan dunia dan
akherat. Nilai Islam menjadikan landasan, dasar motifasi dan inspirasi kebaikan
dan kemajuan dunia. (Qodri Azizy: 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Azizy, Qodri, Melawan
Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan Terciptanya
Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan
dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press berkerjasama dengan Pustaka
Pelajar, 2001.
——-, Islam
Sebagai Alternatuif, kata pengantar dalam “Islam Kiri: Melawan Kapitalisme Global
dari Wacana Menuju Gerakan”, Eko Prasetyo, Yogyakarta: Insist Press
berkerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2002.
Friedman, Thomas
L, Memahami Globalisasi: Lexus dan Pohon Zaitun,
Bandung: ITB, 2002.
Giddens, Anthoni, Runaway
World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita, Jakarta:
Gramedia, 2001
Marcus, Peter, Memahami
Bahasa Globalisasi, dalam “Globalisasi Perfektif Sosialis”, Ali Sugihardjanto dkk,
Jakarta: Cubuc, 2001
Comments
Post a Comment