Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Mata
Kuliah Metodologi Studi Islam Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
Dosen
Pengampu: M. Masrukhan, ME
Kelompok 1
Di susun oleh :
-
FATURROHMAN (1808202054)
-
MIYAH LISTIYANI (1808202064)
-
M. RIZAL ( 1808202164 )
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
1440 H /
2018 M
Kata pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya yang semoga dilimpahkan berkahnya kepada kita semua, sehingga
penulisan makalah yang berjudul “
Prinsip-prinsip dasar Epistemologi dan Pentingnya Agama Islam” dapat
terselesaikan. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi wawasan atau ilmu yang
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Masrukhan, ME. Selaku dosen pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam belajar dan menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari kesempurnaan dan keagungan hanya
milik Allah semata. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang
bersifat membangun yang sangat kami harapkan. Besar harapan kami makalah ini
diterima sehingga dapat bermanfaat baik bagi kami sebagai penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.
BAB
I PENDAHULUAN ……...........………………………………………… 1
A.
Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B.
Rumusann Masalah …………………………………………………......... 1
C.
Tujuan ……………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………… 2
I PRINSIP-PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI
ISLAM. ……………………… 2
A.
Hakikat Epistemologi Islam
……………………………………………… 2
B.
Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal, dan
Rasa) ………………………….. 3
C.
Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi
Islam …………………………… 5
D.
Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam…………………………………… 6
II PENTINGNYA AGAMA ISLAM
…………………………………………….. 6
A.
Hakikat Agama …………………………………………………………… 6
B.
Kebutuhan Manusia terhadap Agama
…………………………………….. 7
C.
Fungsi
Agama dalam Kehidupan
……………………………………….. 8
D.
Doktrin kepercayaan Agama …………………………………………….. 9
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………. 11
A.
KESIMPULAN …………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 12
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meotodologi
pengkajian islam adalah pendekatan (approach) atau kerangka kerja
(framework)dalam memahami atau mengkaji islam. Metodologi pengkajian bukan
hanya metode pengajaran (thariqah at-tadris atau tariqah at-ta’lim) atau cara
penyampain materi atau subjek agar dipahami peserta didik. Metodologi lebih tepat dipahami sebagai
manhaj al-fiqri atau manhaj ad-dirasah yang tercermin dalam struktur silabus
dan kandungan tiap tiap matakuliah.
Agama islam adalah satu-satunya
agama disisi Allah yang diridhoi, agama islam juga mengatur berbagai dimensi
hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan. Ia mengajarkan bagaimana
melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang Khaliq, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya.
Mempelajari dan mengamalkan agama
islam sangant diperlukan bagi penganutnya agar tidak terjerumus pada hal-hal
yang merugikan diri sendiri dan orang lain. di zaman modern, orang terlalu
mudah terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran islam
secara kaffah.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa itu epistemologi Islam ?
2.
Jelaskan pinsip-prinsip dasar epistemoloi islam?
3.
Bagaimana pentingnya Agama Islam ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
definisi epistemologi Islam
2.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar epistemology islam
3.
Untuk mengetahui pentingnya agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
I. PRINSIP
PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM
A. Hakikat
Epistemologi Islam
1.
Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi
berasal dari kata Yunani episteme,
yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Dengan demikian,
epistemology dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal
atau sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Menurut Musya Asy’arie (1992),
epistemology adalah cabang filsafat yang membicarakan hakikat ilmu, dan ilmu
sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip
kebenaran yang terdapat pada suatu objek kajian ilmu.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis
dan metode dialektis.
2.
Pengertian Islam
Islam (Arab: al-islam, الاسلا م :
“ berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu
Allah SWT. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh
dunia, Islam menjadi agama terbesar kedua setelah agama Kristen.
Islam
memiliki arti”penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allah).
Pengikut ajaran islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti seorang yang
tunduk kepada Allah SWT.
3.
Pandangan Filsuf Muslim
Sebagai
pengantar dari pembahasan ini telah disebutkan bahwa kajian tentang epistemologi
dalam Islam tidak tersusun secara rapi, bahkan “berserakan” dalam beberapa
kajian filsafat.
Beberapa
pandangan umum terhadap kajian epistemologi di dalam literatur islam, antara
lain sebagai berikut :
a)
Pembahasan filosofis
b)
Kesatuan Subjek dan Objek
c)
Wujud Dzihni (Wujud yang ada dalam fikiran)
d)
Understanding dan External adalah Tolok Ukur Benar dan Salah
e)
Batasan Keampuan Akal Budi Manusia
B. Sumber
Pengetahuan (Wahyu, Akal, dan Rasa)
1.
Wahyu
Dikalangan
para ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam adalah Al- Qur’an dan
Assunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran adalah alat untuk memahami
Al-Qur’an dan As-sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam sebagai wahyu
yang berasal dari Allah SWT.
Karena Allah adalah sumber
pengetahuan, maka Allah dapat memberikan ilmu yang dikehendaki-Nya tanpa proses
berpikir atau pengamatan empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini tidak diperoleh
lewat pengamatan atau pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang ilmu ini
disebut sebagai “Ilmu Laduni”.
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya
merupakan sumber pertama ilmu. Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kita untuk
memikirkan ayat-ayat – Nya dan mengambil pelajaran
darinya.
2. Akal
Akal, ratio
(Latin) akal (bahasa Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal
budi (persatuan Arab dan Sansekerta) Nous (Yunani) Rasion
(Prancis) Reason (Inggris), adalah potensi rohaniah manusia sanggup
mengerti mengenai teori realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan
bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia, karena manusia itu pandai
berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya dibentuk oleh
pikirannya. Tidaklah mudah membuat definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal sebagai sumber pengetahuan
dengan indera, saling berhubungan. Akal budi tidak dapat menyerap sesuatu dan
panca indera tidak memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung maka timbullah
pengetahuan. Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan
pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam
memperoleh pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap
oleh indera.
Aktivitas akal sebagai sumber
pengetahuan disebut berpikir, berpikir merupakan ciri khas manusia sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini. disini timbul masalah
apakah berpikir itu? Secara umum maka setiap perkembangan ide dan konsep dan
sebagainya disebut berpikir. Dimana seseorang berpikir sunguh-sungguh takkan
membiarkan ide dan konsep yang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun
ditujukan pada arah tertentu yaitu pengetahuaan.
3. Rasa
Rasa
adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, tanggapan hati terhadap
sesuatu. Munculnya rasa lebih bersifat jujur, berbeda dengan pikiran. Ketika
merasa lapar, pikiran belum tentu sepakat memenuhi kebutuhan atas rasa lapar
itu. Jika dikatakan sebuah kesadaran, pikiran dan rasa adalah sebuah kesadaran
yang mendua, tergantung kehendak mana yang akan diikuti. Dalam hal ini, manusia
senantiasa berada dalam konflik “abadi” antara dua kepentingan yang berbeda
pandangan, antara rasa dan pikiran. Rasa dan pikiran memungkinkan untuk
bersinergi maupun berkontrakdiksi.
C. Kriteria
Kebenaran dalam Epistemologi Islam
Ukuran
kebenaran merujuk pada landasan keindahan dan keyakinan terhadap keadilan yang
bersumber pada Al – Qur’an. Sebagaimana yang di utarakan oleh Fazrul Rahman
bahwa semangat besar dari Al – Qur’an adalah semangat moral ide-ide keadilan
sosial dan ekonomi.
Dalam kajian epistimologi Islam, terdapat beberapa teori
tentang kebenaran :
1. Teori
Korespondensi
Menurut
teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu
fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realistis, yang serasi dengan situasi
aktual, maka kebenaran adalah sesuai dengan fakta dan sesuatu yang selaras
dengan situasi akal.
2. Teori
Konsistensi
Menurut
teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realistis, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya. Yang telah
kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar jika
hubungan itu saling berkaitan dengan kebenaran sebelumnya.
3. Teori Pragmatis
Teori ini
mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung
kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia dalam kehidupannya.
D.
Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
Agama islam berisi ajaran-ajaran
Allah SWT. Yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertian iniadalah agama yang dibawa
oleh para Rasul Allah, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Agama islam
pada setiap zaman mengajarkan akidah yang sama, yaitu tauhid atau mengesekan
Allah SWT.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا......
Artinya :
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam Sebagai
agamamu..."
II.
PENTINGNYA AGAMA ISLAM
A.
Hakikat Agama
1. Pengertian
Agama secara etimologis
Secara etimologis,
agama berasal dari sangsekerta tersusun dari kata a berarti “tidak” dan gam
berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata “agama” berarti “tidak
pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara terus-menerus
dari satu generasi kepada gerasi yang lainnya”(Jalaludin, 1978: 12).
Pada
umumnya, kata agama diartikan tidak kacau, yang secara analitis
diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu a
berarti “tidak” dan gama berarti “kacau”. Maksudnya, orang yang
memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh-sungguh, hidupnya
tidak akan mengalami kekacauan (Ali Anwar Yusuf, 1995).
2. Definisi Agama Secara Terminologi
Secara terminologi, menurut
sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang sulit didefinisikan. W. C.
Smith (Hafidh Al-Kaf, 1997:3) menyatakan,”Tidak berlebihan jika kita mengatakan
bahwa hingga saat ini, belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima.”
Meskipun demikian, para cendekiawan besar memiliki definisi tentang fenomena
agama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a)
Emile Durkheim mengartikan agama
sebagai kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sacral,
kemudian kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu dalam suatu komunitas
moral.
b)
Spencer mengatakan bahwa agama
adalah kepercayaan akan sesuatu yang Mahamutlak.
c)
Sebagian pemikir mengatakan bahwa
apa saja yang memiliki tiga ciri khas berikut dapat disebut sebagai agama :
1)
Keyakinan bahwa di balik alam
materi ini ada alam yang lain;
2)
Penciptaan alam memiliki tujuan;
3)
Alam memiliki konsep etika.
3. Konklusi Definisi Agama
Dari
semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama, yaitu kepercayaan
terhadap adanya sesuatu yang agung di luar alam. Agama adalah kepercayaan
adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi
kebahagiannya di dunia dan akhirat.
Meskipun
demikian, tidak dapat mungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah
keyakinan adanya Tuhan yang harus disembah.
B. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Secara
naluri, manusia mengakui kekuatan dalam
kehidupan ini diluar dirinya. Hal ini dapat dilihat ketika manusia mengalami
kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana.
Ada yang
berpendapat bahwa benih agama adalah rasa takut yang mendorong manusia untuk
memberikan sesajen kepada sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan menakutkan.
Pada masa primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animism dan
dinamisme.
1.
Faktor
kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri atas beberapa unsur, iaitu unsur jasmani dan
unsur rohani.Menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus seimbang.
Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniyah.
2.
Faktor
status manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna. Allah SWT. Menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaa,
yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagi kelebihan lainnya.
3.
Faktur
struktur dasar kepribadian
Dalam
teori psikoanalisis Sigmund freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi
3 bagian berikut :
a.
Aspek das es, yaitu
aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian
manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian subjektif yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
b.
Aspek das ich, yaitu
aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan
dunia nyata.
c.
Aspek das uber ich, yaitu
aspek sosiologis yang mewakili nilai-nilali tradisional serta cita-cita
masyarakat.
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan
Agama mempunyai
peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua
tempat dan waktu, yang di buat oleh Sang Pencipta alam semesta sehingga
peraturan yang dibuatnya benar benar adil.
1.
Aspek
Religius
Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia tentang penciptanya.
Factor keimanan juga mempengaruhi kerena iman adalah dasar agama(Amin Syukur,
2003: 25).
2.
Aspek
Antropologis
Secara antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang
fungsi, asal, dan tujuan manusia. Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah
berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakanagan. Agama
juga menghubungkan masalah ritual ibadah dengan masalah sosial.
3.
Aspek
psikologis
Secara psikologis, agama dapat mententramkan, menenangkan, dan
membahagiakan kehidupan jiwa sesorang. Secara moral, agama menunjukan tata
nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku
baik(Akhlak Mahmudah)(Amin Syukur, 2003: 26/27).
Dari segi pragmatism seseorang menganut suatu agama disebabkan fungsi
agama tersebut. Bagi kebanyakan orang, agama berfungsi untuk menjaga kebahagian
hidup, tetapi dari sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain
seperti berikut ini :
a.
Memberikan pandangan dunia pada
budaya manusia
b.
Menjawab berbagai pertanyaan yang
tidak mampu dijawab oleh manusia
c.
Memainkan fungsi peranan sosial
D. Doktrin kepercayaan agama
1.
Agama
sebagai keyakinan
Agama sebagai kepercayaan menyinggung keyakinan seseorang mengenai
hal-hal seperti Tuhan, kebenaran, atau Doktrin kepercayaan.
2.
Agama
sebagai doktrin
Agama sebagai kepercayaan menekankan pada doktrin, sedangkan agama
sebagai identitas menekankan pada afiliasi dengan kelompok.
3.
Agama
sebagai jalan hidup
Agama sebagai jalan hidup (way of life) berhubungan dengan tindakan,
ritual, kebiasaan, dan tradisi yang membedakan ummatnya dari pemeluk agama
lain. Contohnya , sholat 5 waktu, mengharamkan daging babi, dan sebagai nya.
Dalam segi ini, keimanan tetap dipegang, bahkan perlu diimplementasikan.
Adapun doktrin kepercayaan agama islam, menurut Atang Abdul Hakim,
adalah sebagai berikut:
a.
Iman kepada Allah
Kalimat lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat
thayyibahmerupakan pernyataan pengakuan terhadap keberadaan Allah yang Maha
Esa, tiada Tuhan selain Dia (Allah).
b.
Iman kepada Malaikat, Kitab, dan
Rosul Allah
1.
Malaikat Allah
Malaikat merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dari nur/cahaya. Ia
adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah SWT. Dengan bermacam- macam
tugas yang diembanya. Jumlahnya sangat banyak, teteapi yang harus kita imani
hanya 10 malaikat beserta tugas-tugasnya.
2.
Kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab Allah adalah wajib dan merupakan konsekuensi logis
dari pembenaran terhadap adanya Allah SWT. Oleh karena itu, tidak sepantasanya
seorang mukmin mengingkari kitab – kitab Allah, yaitu Al- Qur’an, Injil,
Taurat, dan Zabur.
3.
Rasul – rasul Allah
Doktrin Islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepada rasul yang
di utus oleh Allah SWT. Tanpa membedakan antara satu dan yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada prinsipnya, epistemology adalah
sebagai cabang ilmu filsafat yang mengajak manusia untuk berfikir, mentadabur
alam yang dikemas dalam ilmu pengetahuan yang sistematis, dan memeberikan
kontribusi bagi perkembangan manusia dalam ranah keilmuan.dengan beberapa
prinsip dasar epistemologi islam tersebut, kita bisa mengetahui peranan islam
dalam ilmu pengetahuan, dan Al- Qur’an (wahyu) merupakan salah satu sumber ilmu
pengetahuan yang ditalar melalui akal sebagai kesitimewaan bagi manusia serta
pancaindra (rasa) atau sentuhan indriawi yang membantu memperoleh pengetahuan.
Agama sangat diperlukan oleh manusia
sebagai pegangan hidup. Agama islam adalah agama yang selalu mendorong manusia
untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (sunatullah) yang
terbentang dialam semesta dan ayat-ayat Quraniyah yang terdapat dalam
Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.
Dari aspek religius, agama
menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor keimanan juga memengaruhi karena
iman adalah dasar agama.
Fungsi agama dapat dilihat dari
beberapa segi, antara lain secara antropologis, secara sosiologis, secara
psikologis, dan secara moral. Selain itu, fungsi agama juga sebagai pencapai
tujuan luhur manusia didunia ini, yaitu mendapatkan kesejahteraan yang
dinikmati.
Daftar Pustaka
Kodir, Koko Abdul. 2014. Metodologi Studi Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Nata, Abudin. 2000. Metodologi
Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syukur, Amin. 1998. Metodologi
Studi Islam. Semarang: Gunung Jati Semarang.
NAMA-NAMA MAHASISWA YANG BERTANYA
1.
Dewi Sri Mulyani (Kel.2)
Bagaimana epistemologi di jaman sekarang ?
2.
Arif Maula (Kel.1)
Al-Qur’an itu kalam Qodim / Kalam hadist ?
3.
Nur Komariah (Kel.10)
Yang dimaksud ilmu laduni dan faktornya?
4.
Denayu Pangestu(Kel.6)
Apa itu keterbatasan ilmu dan pokok-pokoknnya?
Comments
Post a Comment