Perkembangan publikasi di lingkungan perguruan tinggi LPTK

*Ironi, Kronisnya publikasi perguruan tinggi LPTK?*
Dok.pribadi taman wisata air panas guci
      mentari pagi bersinar dari lereng gunung selamet Sambil menikmati liburan akhir pekan, sejenak teringat besok pagi kembli mengajar di kampus  STIES putera bangsa, saya membuat powerpoint dadakan sebagai bahan diskusi dan pengajaran  dgn para mahasiswa/i. mencoba untuk mencari bahan pengajaran n tulisan karya ilmiah. Saya langsung buka scopus.com, dan cari angka-angka perolehan publikasi PT-LPTK di Indonesia, dan hasilnya sbb:
UPI(1553), UM(860), Unnes(645), Unesa(621), UNY(533), UNM(521), UNJ(379), UNP(306), Unimed(193), Undiksha(134), UNG(129), UNIMA(?)

Melihat fakta yg ada, tentunya saya sangat sedih mengapa raihan jumlah publikasi ilmiah PT-LPTK sangat jauh dibanding dengan PTN non LPTK?, jika perolehan dokumen publikasi  keduabelas LPTK digabungkan, totalnya hanya 5873 itupun belum bisa melampaui capaian UGM (saat ini peringkat 3 Liga Scopus Indonesia)😭, sebenarnya apa yang salah?, bukankah riset dan publikasi bidang pendidikan sangat seksi?

Saya sebagai bagian dari dosen LPTK, melihat fakta seperti ini ikut mendidih juga darah  ini, jika kendalanya dari keterampilan riset dan publikasi dosen, kenapa ngak segera dicarikan formula yang tepat?.

Saya sering bersilaturahim ke setiap LPTK, sy juga selalu kritisi, sepertinya riset2 yg dilakukan para peneliti bidang pendidikan di Indonesia, sedang tersesat, sehingga luarannya sulit tembus untuk dipublikasikan. 

Dari aspek Metodologi, seringkali ditemukan pendekatan penelitian yang tidak beragam, bayangkan jika di SPs ada gerakan berjamaah seluruh thesisnya dilakukan dg pendekatan kuasi eksperimen atau "RnD", bukankah pendekatan penelitian pendidikan sangat banyak sekali???, sepertinya kita terlalu ketakutan untuk mencoba.

Sudahkah riset-riset pendidikan kita memperhatikan ethical clearance?, padahal hampir sebagian besar riset kita berhubungan dengan manusia sebagai subjek/objek penelitian. Adakah kampus LPTK yg sudah memiliki organisasi semacam Institusional Review Board?

Sudah seriuskan laboratorium2 riset dan pusat kajian didirikan di universitas kita?

Itu sedikiti permasalahan kita, mungkin bisa banyak lagi 😭

Saya memiliki beberapa saran, dan tentunya harus dikawal ketat dalam pelaksanaannya, supaya publikasi ilmiah dosen LPTK ngak 'memble' lagi:

1. Menegakkan aturan wajib (tanpa kompromi lagi)
publikasi pada proceedings internasional terindeks
Scopus sebagai syarat lulus S2, dan jurnal internasional
terindeks Scopus sebagai syarat lulus S3. Karena di PT manapun S2 dan S3 dijadikan mesin publikasi universitas.

2. Setiap dosen pembimbing tercantum sebagai co-
author pada setiap publikasi internasional mahasiswa, tentunya para promotor harus serius membimbingnya.

3. Membuat layanan pelatihan menulis (kelas menulis). Setiap LPTK menyediakan layanan setiap saat, para penjaga gawang kelas menulis ini harus dosen2 yg sudah punya pengalaman publikasi internasional, cari para top scorernya.

4. Membuat layanan proof reading dan klinik artikel.

5. Membuat pelatihan menulis secara berjenjang mulai
level dasar-menengah-advance untuk semua dosen, tidak instan hanya mengundang narsum 2-3 jam selesai😁. Harus langsung praktek.

6. Menegakkan komitmen kehadiran selama proses
pelatihan berlangsung. Nah ini yg paling sulit, karena banyak dosen yg 'sok sibuk' 😀.

Selamat pagi, salam dari gunung selamet.

Hormat sy
Aan

Comments