Diajukan
untuk memenuhi mata kuliah METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen:
Muh. Masrukhan. ME
Disusun
oleh:
Siti
Khofifah Indra Parawangsa (1808205050)
Sri
Mulyati (1808205075)
Wahdatun
Nafisah (1808205058)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan, Karyamulya, Kesambi, Cirebon,
Sunyaragi, Karyamulya, Kesambi,
Kota Cirebon, Jawa Barat 45131
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, taufik
dan hidayahnya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
sederhana, sholawat serta salam kami curahlimpahkan kepada junjungan nabi besar
kita yakni nabi Muhammad Saw yang menjadi tauladan bagi suluruh umat manusia.
Kami bertujuan menulis makalah ini untuk mengetahui dan
memahami psikologi pembelajaran bahasa inggris khususnya pada bab masalah
kesulitan belajar. Selain guna untuk mengerjakan tugas makalah namun juga
bertujuan untuk mengetahui masalah kesulitan belajar pada siswa. Dalam
penyusunan makalah ini kami sedikit mengalami kesulitan dikarenakan minimnya
pengetahuan kita dalam psikologi pembelajaran bahasa inggris, namun berkat
kerjasama satusama lain akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
pada waktunya.
Kami sebagai mahasiswa-mahasiswi menyeadari akan minimnya
pengetahuan kita dalam penyusunan makalah yang baik dan benar bahwa makalah ini
masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang posistif jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi serta bermanfaat untuk dimasa yang
akan datang. Besar harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.A. Latar
Belakang…………………………………………………. 1
1.B.
Tujuan………………………………………………………….. 1
1.C.
Rumusan Masalah……………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.A.
Pengertian Epistemologi Islam………………………………... 2
2.B.
Sumber Pengetahuan…………………………………………..
3
2.C.
Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam……………….. 4
2.D.
Peranan dan Fungsi Pengeteahuan Islam……………………... 6
2.E.
Pentingnya Agama Bagi Manusia……………………………..
7
BAB
III PENUTUP
3.A.
Kesimpulan…………………………………………………… 9
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Agama islam adalah
satu-satunya agama disisi Allah yang diridhoi, agama islam juga mengatur
berbagai dimensi hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan. Ia
mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang
Khaliq, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya.
Mempelajari dan
mengamalkan agama islam sangant diperlukan bagi penganutnya agar tidak
terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. di zaman
modern, orang terlalu mudah terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai
dengan ajaran islam secara kaffah.
Pendidikan agama tidak
terlepas dari pengajaran agama, yaitu pengetahuan yang ditunjukkan pada
pikiran, jiwa dan kepribadian yang berisikan hukum-hukum, syarat-syarat,
kewajiban-kewajian, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan. Islam
sebagai agama yang terakhir, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan agama-agama yang datang sebelumnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian epistimologi dan Islam
2.
Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan
rasa)
3.
Bagaimana kriteria kebenaran dalam
epistimologi Islam
4.
Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan
Islam.
C. TUJUAN
1. Menjelasakn pengertian
epistemology dan islam
2. Menjelaskan sumber pengetahuan
(wahyu, akal, dan rasa)
3. Menjelaskan kriteria kebenaran
dalam epistimologi Islam
4. Menjelasakaqn peranan dan fungsi
pengetahuan Islam
D. MANFAAT
1. Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang pengertian epistimologi dan Islam
2. Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3. Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4. Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang peranan dan fungsi pengetahuan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Epistimologi dan Islam
1. Pengertian
Islam
Secara etimologis
islam brasal dari kata aslama yang berarti “menyerahkan
diri”. Secara substansial kata ini mengandung banyak pertanyaan yang dilontarkan
kepada Rasulullah oleh seorang tak dikenal. Selanjutnya dengan secara gamblang
Rosulullah SAW menjelasakan bahwa kata islam mengandung tiga dimensi dasar yang
saling terkait yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan pengertian bahwa seseorang
yang menyatakn dirinya sebagai seorang islam dia harus memenuhi trilogi
tersebut.[1]
Kata aslama itulah
yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam
arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat,
menyerahkan diri kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin
keselamatannya di dunia dan akhirat.[2]
Sedangkn secara
istilah Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT. Nama
islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan agama lainnya.
Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan
manusia atau dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh
Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Quran
yang diturunkan oleh Allah SWT
Selanjutnya dilihat
dari segi misi ajarannya, islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama
dari seluruh nabi dan Rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S,
Nabi Ibrohim, Nabi Yakub dst. Hal demikin dapat dipahami dri ayat-ayat
yangterdapat didalam Al-Quran yang menugaskan bahwa para nabi tersebut termasuk
orang yang berserah diri kepada Allah.[3]
2. Pengertian
Epistemologi
Epistemologi,(dari bahasaYunani episteme (pengetahuan)
dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk
salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat,
misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya,
serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori
Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.[4]
B. Sumber
Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
a. Wahyu
Wahyu berasal dari
kata arab Al-Wahyu, artinya “suara”, api dan kecepatan. Disamping
itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.
Selanjutnya al-wahyu mengandung arti pemberitahuan secara
tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian banyak arti itu wahyu lebih
dikenal dalam arti “ Apa yang disampaikan Allah kepada para Nabi”. dengan
demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang
pilihan-Nya. Agar diteruskan kepada umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik
didunia maupun diakhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau sabda Tuhan yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad, semuanya tersimpan dengan baik dalam
Al-Quran. Al-Quran karena itu, mengandung sabda Tuhan berupa wahyu dalam
bahasa arab. Sabda Tuhan dalam Al-Quran tidak hanya dalam isi, tetapi juga dalam
kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan sakaguru ajaran islam. Namun segera
harus ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam, wahyulah yang pertama
dan utama.
Karena Allah adalah
sumber pengetahuan, maka Allah dapat memberikan ilmu yang dikehendaki-Nya tanpa
proses berpikir atau pengamatan empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini tidak
diperoleh lewat pengamatan atau pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang
ilmu ini disebut sebagai “Ilmu Laduni”.
Al-Quran dan
As-Sunnah, keduanya merupakan sumber pertama ilmu. Al-Qur’an berkali-kali
mengingatkan kita untuk memikirkan ayat-ayat – Nya dan mengambil pelajaran
darinya.
b. Akal
Akal, ratio (Latin) akal (bahasa
Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal budi (persatuan
Arab dan Sansekerta) Nous(Yunani) Rasion (Prancis) Reason (Inggris),
adalah potensi rohaniah manusia sanggup mengerti mengenai teori realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan bahwa akal adalah sumber
pengetahuan manusia, karena manusia itu pandai berpikir maka ia berpengetahuan
dan sekalian pengetahuannya dibentuk oleh pikirannya. Tidaklah mudah membuat
definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal sebagai sumber pengetahuan dengan indera, saling
berhubungan. Akal budi tidak dapat menyerap sesuatu dan panca indera tidak
memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung maka timbullah pengetahuan.
Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan pikiran tanpa
isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam memperoleh
pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap oleh indera.
Aktivitas akal sebagai sumber pengetahuan disebut berpikir,
berpikir merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk yang paling tinggi
derajatnya dimuka bumi ini. disini timbul masalah apakah berpikir itu? Secara
umum maka setiap perkembangan ide dan konsep dan sebagainya disebut berpikir.
Dimana seseorang berpikir sunguh-sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang
dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun ditujukan pada arah tertentu yaitu
pengetahuan.
c. Rasa
Rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, tanggapan
hati terhadap sesuatu. Munculnya rasa lebih bersifat jujur, berbeda dengan
pikiran. Ketika merasa lapar, pikiran belum tentu sepakat memenuhi kebutuhan
atas rasa lapar itu. Jika dikatakan sebuah kesadaran, pikiran dan rasa adalah
sebuah kesadaran yang mendua, tergantung kehendak mana yang akan diikuti. Dalam
hal ini, manusia senantiasa berada dalam konflik “abadi” antara dua kepentingan
yang berbeda pandangan, antara rasa dan pikiran. Rasa dan pikiran memungkinkan
untuk bersinergi maupun berkontrakdiksi.
C.
KRITERIA KEBENARAN DALAM EPISTIMOLOGI ISLAM
Diantara
kriteria yang harus dipenuhi adalah:
a.
Berdasarkan fakta
b. Bebas
dari prasangka
c.
Menggunakan prinsip-prinsip analisis
d.
Menggunakan hipotesa
e.
Menggunaka ukuran yang objektif
f.
Menggunakan teknik kuantifikasi.
Setelah
semua kriteria dipersiapkan barulah muncul langkah berikutnya, yaitu
mengerjakan diantaranya:
a.
Memilih dan mendefinisikan masalah
b.
Survey terhadap data yang tersedia
c.
Memformulasikan hipotesa
d.
Membangun kerangka analisa
e.
Mengumpulkan data primer
f.
Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
g.
Membuat generalisasi dan kesimpulan
h.
Membuat laporan.
Pandangan Islam akan
ukuran kebenaran menunjukkan kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap
keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaiman yang diutarakan oleh Fazrur
Rahman : Bahwa semangat dasar dari Al-Qur’an adalah semangat moral, ide-ide
keadilan sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, Ia adalah “perintah
Allah”. Manusia tak dapat membuat atau memusnahkan hokum moral : ia harus
menyerahkan diri kepadannya.
Pernyataan ini
dinamakan Islam dan implementasinnya dalam kehidupan disebut ibadah atau
pengabdiaan kepada Allah. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk
bisa dilaksanakan haruslah diketahui.
Dalam kajian
epistimologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran :
1.
Teori Korespondensi
Menurut teori ini
suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realistis, yang serasi dengan situasi
aktual, maka kebenaran adalah sesuai dengan fakta dan sesuatu yang selaras
dengan situasi akal.
2.
Teori Konsistensi
Menurut teori ini
kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan suatu
yang lain yaitu fakta atau realistis, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya. Yang telah
kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar jika
hubungan itu saling berkaitan dengan kebenaran sebelumnya.
3.
Teori Prakmatis
Teori ini mengemukakan
benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung kepada berfaedah
tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam
kehidupannya.
D. PERANAN
DAN FUNGSI PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Fungsi pengetahuan
dalam Islam disini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang
akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan
hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa fungsi pengetahuan dalam islam adalah:
1.
Membuktikan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran
islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an.
2.
Memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan Agama Islam secara
operational dalam sosial budaya umatnya, yang kemudian di kenal dengan
sebutan as-sunnah/al-hadist.
3.
Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu
dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem
ijtihad.
Secara rinci dapat
digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan Islam :
1. Fungsi
deskriptif yaitu menggamarkan/melukiskan dan memaparkan suatu masalah sehingga
mudah dipelajari.
2. Fungsi
pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemuka hasil
penemuan yang baru.
3.
Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan
terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu usaha
menghadapi.
4.
Fungsi kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki.
E. PENTINGNYA
AGAMA BAGI MANUSIA
Agama menjadi sebuah dasar di dalam
memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yang ada di dunia ini baik
keberadaan diri personal maupun dunia sebagai tempat berpijak.
Kedua, keberadaan agama sebagai bentuk imanensi akan
mengarahkan individu memahami agama dalam bentuk fungsionalnya dibandingkan
subtansinya. Keberadaan agama sebagai bentuk fungsionalnya akan mengarahkan
pada peran sebuah agama di dalam membantu maupun mengarahkan individu menjalani
kehidupan. Berdasarkan pada penjelasan tersebut maka Nelson (2009) menyimpulkan
bahwa keberadaan transendensi mengarahkan pada konteks substansi di dalam
beragama yaitu berupa doktrin-doktrin dalam agama dan imanensi mengarahkan pada
keberadaan manfaat agama bagi individu yang sedianya lebih tepat dikaji dalam
konteks psikologi. Konsep imanensi (manfaat beragama) seperti halnya dijelaskan
tersebut akan menjadi fokus dalam penelitian ini. Setiap agama pada dasarnya memiliki
ajaran yang mengarahkan para penganutnya untuk bisa mencapai kondisi ideal
dalam beragama.
Kondisi ideal tersebut di antaranya adalah
kebermanfaatan dalam beragama bagi individu tersebut. Secara umum keberadaan
akan manfaat agama bagi individu pada dasarnya telah banyak dijelaskan oleh
para ahli. Ramayulis (2007) dalam penjelasannya menggambarkan bahwa keberadaan
agama pada dasarnya akan memberikan manfaat dalam 4 hal yaitu dalam kehidupan
individu, dalam kehidupan masyarakat, dalam menghadapi krisis modernisasi,
serta dalam pembangunan. Casey (2009) menjelaskan manfaat agama bagi individu
pada dasarnya terbagi atas 2 ranah yaitu individu dan sosial. Dalam ranah
individu keberadaan agama dapat mempengaruhi keberadaan kesehatan mental pada
seseorang dalam hal ini di antaranya dapat mereduksi stres. Dalam ranah sosial,
keberadaan agama memiliki keterkaitan dengan mereduksi perilaku-perilaku yang
erat dengan kejahatan maupun perilaku yang berisiko serta menjaga kestabilan
dalam pernikahan.
Idler (2008) memberikan gambaran manfaat
akan agama dalam dua hal yaitu manfaat yang bersifat fisik dan psikologis.
Manfaat secara fisik dapat terlihat dari keberadaan praktik-praktik keagaman
yang mengarahkan pada hidup sehat maupun menghindari perilaku-perilaku yang dapat
merusak kesehatan tubuh. Manfaat secara psikologis dalam hal ini dapat
memberikan ketenangan dan kesejahteraan secara psikologis terkait dengan ritual
maupun perilaku-perilaku keagamaan yang dilakukan. Begitu pula ketika berbicara
mengenai kondisi ideal pada salah satu ajaran agama yaitu Islam. Islam secara
etimologis sendiri berasal dari kata salima yang
artinya selamat yang mana dari kata tersebut terbentuk
aslama yang dimaknai sebagai menyerahkan diri atau tunduk dan patuh
(Jamal, 2011). Secara terminologis Jamal (2011) menjelaskan lebih lanjut Islam
adalah agama wahyu yang berintikan tentang ketauhidan atau
sebuah keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan yang terakhir dan berlaku bagi seluruh
manusia, dimanapun dan kapanpun yang ajarannya meliputi segala aspek kehidupan
pada manusia.
Aspek
kehidupan pada manusia ini terkait dengan hubungannya manusia dengan Tuhan,
manusia dan alam lainnya. Keberadaan Islam dalam hal
ini juga seringkali ditujukan dengan
konsep rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil
‘alamin) (Zuhdi, 2011). Konsep rahmat bagi
sekalian alam ini lebih lanjut dijelaskan dengan
keberadaan Islam sebagai jalan hidup yang total
dan utuh baik perihal masalah dunia dan akhirat, yang
merupakan seperangkat keyakinan dan tata peribadatan, sistem hukum, peradaban
dan kebudayaan. Dengan melihat konsep Islam tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan Islam sendiri terkait dengan keberadaan para
pemeluknya sendiri adalah menjadikan pribadi yang
“baik” secara ruhani, jasmani maupun
perilaku dalam tataran
individu maupun sosial.
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun,
besar kemungkinan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan.
Dan semoga makalah ini dapat menambah wacana keilmuan kita semua.
A. KESIMPULAN
Islam adalah agama
sepanjang sejarah manusia, agama dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus
oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah
agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, dst. Hal demikian dapat
dipahami dari ayat-ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa
para Nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.
Epistimologi yaitu
cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan.
Epistimologi bersal dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan.
Sumber pengetahuan
(Wahyu, Akal, dan Rasa)
a.
Wahyu
Dalam islam wahyu atau
Sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semuanya tersimpan
dengan baik dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an karena itu, mengandung Sabda Tuhan yang
berupa wahyu. Dalam bahasa arab sabda Tuhan dalam Al-Qur’an tidak hanya pada
isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan saka guru ajaran
islam. namun segera ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam wahyulah
yang pertama dan utama.
b.
Akal
Pengetahuan akal jelas
lebih tinggi dari pada pengetahuan indra menurut Al-Qur’an, fakultas yang
mempunyai akal disebut qalbdan fuad.
c.
Indera (Rasa)
Al-Qur’an menjelaskan
keterbatasan alat indra untuk memperoleh pengetahuann yang benar. Namun
al-qur’an mengancam orang-orang yang tidak menggunakan inderanya untuk
memperoleh pengetahuan.
Dalam kajian
epistimologi islam di jumpai beberapa teori tentang kebenaran yaitu.
1.
Korespondensi
2.
Teori Konsistensi
3.
Teori Prakmatis
Peran dan fungsi
pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat
Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali,
kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga
berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan,
menganalisa dan penyimpulan secara induktif.
Dalam kajian
epistimologi islam di jumpai beberapa teori tentang kebenaran yaitu.
4.
Teori Korespondensi
5.
Teori Konsistensi
6.
Teori Prakmatis
7.
Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ini
dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat Al-Alaq pada ayat tersebut
terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali, kata tersebut menurt A.
Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga berarti menelaah,
mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisa dan
penyimpulan secara induktif.
8.
Teori Konsistensi
9.
Teori Prakmatis
Peran dan fungsi
pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat
Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali,
kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga
berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan,
menganalisa dan penyimpulan secara induktif.
10. Korespondensi
11. Teori Konsistensi
12. Teori Prakmatis
Peran dan fungsi
pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat
Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali,
kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga
berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan,
menganalisa dan penyimpulan secara induktif.
DAFTAR PUSTAKA
·
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
·
Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam,
(Semarang: Gunung Jati Semarang.1998)
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
·
Amin,
Syukur. dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung Jati:
Semarang, 1998.hal. 1
·
Abudin, Nata, Metodologi Study Islam,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000.hal.62
·
Ibid.hal 65-66
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi(senin,4-11-13(08.10))
·
http://www.referensimakalah.com/2012/11/akal-sebagai-sumber-pengetahuan.html(senin,4-11-13(08.31WIB)
·
http://sahlanbahuy.wordpress.com/2013/05/05/ilmu-pengetahuan-rasa-dan-teater-di-sekolah
KELOMPOK 1 METODOLOGI STUDI ISLAM
·
SRI MULYATI
·
SITI KHOFIFAH
INDRA PARAWANGSA
·
WAHDATUN NAFISAH
Pertanyaan:
1. Berikan
contoh metode Induktif dan Deduktif
(Dari Anita Anggraeni
kelompok 9)
2. Fungsi
Epistemologi Islam dan manfaat untuk sehari-hari
(dari Dea Nikita Gunalan
kelompok 11)
3. Apa
Makna dari Ihsan, Islam, dan Iman
(dari Abdullah Abdul
Rasyid)
Jawaban:
1. Sebelum
memberikan contoh dari pertanyaan berikut, kita harus mengetahui apa itu
epistimologi? Epistemologi adalah teori pengetahuan yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian serta pertanggung
jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Pengetahuan tsb, diperoleh manusia melalui akal dan panca indra degan berbagai
metode, salah satunya ada metode induktif dan deduktif.
Contoh induktif: proses
berfikir
Contoh deduktif: hasil
dari berfikir tersebut
Ø Penambahan
dari shinta artiana
Induktif adalah cara
sebelum berfikir dan deduktif adalah hasil dari induktif yang melalui akal atau
panca indra
Ø Saran
dari Meli Musyarofatul Ummah
Dalam sumber pengetahuan
melalui 3 cara, yaitu wahyu akal dan rasa. Sebaiknya pada sumber yang ketiga
jangan menggunakan kata rasa.
2. Fungsinya
adalah agar memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan manfaatnya adalah
untuk mengungkap pandangan epistemology yang sesungguhnya ada dan terkandung
dalam setiap kebudayaan.
3. Ihsan
menurut bahasa adalah kebaikan
Islam menurut bahasa
adalah keselamatan
Dan Iman. Menurut bahassa
adalah kepercayaan
Kaitan dari ketiganya
adalah ketika ihsan belum tentu ihsan dan ketika islampun belum tentu iman.
Tetapi ketika seseorang telah beriman, sudah pasti seseorang tersebut islam dan
ihsan.
Alhamdulillah, makalahya sangat. Bermanfaat.
ReplyDeleteMohon maaf apabila terdapat kesalahan karena dalam proses pembelajaran��
ReplyDeleteSri Mulyati (1808205075)
DeleteAkuntansi syariah B
Siti Khofifah Indra Parawangsa (1808205050)
DeleteAkuntansi Syariah B