MAKALAH kelompok 11 RESPON MUSLIM TERHADAP GLOBALISASI



Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam




Disusun Oleh:

1.      Anggita Ainun (1808205043)
2.      Earlan Kusuma Anugrah (1808205055)
3.      Dea Nikita Salsabila Gunalan (1808205069)



FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH B/1
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi telp (0231) 481264 Cirebon 45123
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Respon Muslim Terhadap Globalisasi”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami khususnya dalam bidang ini. Serta dapat mengetahui tentang bagaimana dan seperti apa mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Respon Muslim Terhadap Globalisasi ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena itu,kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca ntuk melengkapi segala kekurangan dan keslahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada piha-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.








Cirebon, 9 Desember 2018





    

Penyusun                                               

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Globalisasi............................................................................................. 6
2.2 Pengertian Pembaharuan........................................................................................ 7
2.3 Respon Muslim Terhadap Globalisasi........................................................................ 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Globalisasi adalah sebuah term yang telah lama mewacana. Hingga kini, konsep globalisasi masih terus menjadi materi perbincangan di kalangan ilmuwan dari varian disiplin keilmuan. Ia adalah sebuah entri baru dalam leksikon. Ia merupakan sebuah istilah teknis yang sering digunakan dalam konferensi dan perbincangan intelektual masa kini. Kendati demikian, proses globalisasi itu sendiri telah memosisikan diri sejak permulaan sejarah umat manusia, kendati berjalan lambat. Satu hal yang menjadikannya terlihat baru hanyalah karena cepatnya perubahan yang terjadi sebagai imbas dari perkembangan teknologi.
Ironisnya, konsep globalisasi belakangan ini lebih banyak diatributkan pada isu-isu ekonomi, yang seolah menyiratkan ternafikannya dimensi yang lain. Hal ini terlihat pada definisi globalisasi yang diungkapkan oleh Princeton N. Lyman, yaitu “rapid growth of interdependency and connection in the world of trade and finance”. Padahal, globalisasi itu sendiri bukanlah sekadar dimensi ekonomi, melainkan sebuah konsep yang bersinggungan dengan segenap sendi kehidupan, termasuk agama.
Islam sebagai agama menjadi patut mendapat uraian yang utuh terkait dengan globalisme yang kian tak terbendung. Paling tidak, uraian ini akan mengelaborasi fenomena keislaman kekinian di tengah himpitan globalisme. Salah satu yang menjadi fokus kajiannya adalah Reaksi pemikiran Islam terhadap Globalisasi.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari globalisasi?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pembaharuan?
3.      Bagaimana respon muslim terhadap globalisasi?
1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari globalisasi
2.      Untuk mengetahui tentang pengertian dari pembeharuan
3.      Untuk mengetahui respon muslim terhadapa globalisasi














BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985. Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
1.      Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2.      Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3.      Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
4.      Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
2.2  Pengertian Pembaharuan
Kata yang lebih dikenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak renaisans terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung pengertian pikiran, aliran gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisasi dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Alian ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat.
Modernisasi sering dilawankan fundamentalis (berarti “dasar”) yaitu gerakan dalam agama Krtisten Protestan yang yang menekankan kebenaran Bible bukan hanya dalam masyarakat kepercayaan dan moral saja, tetapi juga sebagai catatan sejarah tertulis kenabian.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan Dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dsb. Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru dan pemimpin-pemimpin islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu.
Konsep pembaharuan(Modernisasi) telah ada dalam al-Quran seperti dalam surat adh-Duha ayat 4:
“Sesungguhnya yang kemudian itu lebih baik bagi kamu dari yang dahulu”.
Kemudian lebih tegas Hadist Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oeh Abu Daud dan Hakim, dari Abu Hurairah sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijksana akan membangkitkan mujaddin-mujaddin bagi umat (islam) pada setiap seratus tahun yang akan memperbaharui (jiwa dan semangat) agama mereka.”
Pembaharuan yang dianjurkan dalam islam bukanlah westernisasi dalam arti pembaratan dalam cara pikir, bertingkah laku yang bertentangan dengan ajaran islam, akan tetapi pemikiran terhadap agama yang harus diperbaharui dan direformir, pemikiran modern yang menimbulkan reformir dalam agama, dan hal ini tidaklah mungkin timbul dari pola berpikir yang sempit. Penambahan ilmu pengetahuan, memperluas pandangan terhadap keseluruhan soal kehidupan dapat melapangkan pikiran dan pemelihara keortodoksian agama.
2.3  Respon Muslim Terhadap Globalisasi
Sekarang ini dunia dengan perkembangan muktakhir di bidang teknologi komunikasi hampir tidak memiliki batas yang jelas satu peristiwa yang sedang terjadi di Eropa atau Amerika Serikat. Secara langsung kita dapat menyaksikannya di rumah kita sendiri di Indonesia, sayangnya, seperti yang telah dielaborasikan dalam pembahasan mengenai sumbangan Islam terhadap peradapan dunia, umat Islam sekarang ini berada pada posisi yang sangat menghawatirkan, diantara mereka masih ada yang belum mampu mengoprasikan komputer, internet, dan beberapa produk teknologi lainnya.
Karena rendah dalam penguasaan dan pengembangan sains dan teknologi, umat Islam menjadi kelompok yang  terbelakang mereka hampir di identikkan dengan kebodohan, kemiskinan dan tidak berperadapan sedangkan sisi lain umat agama lain begitu maju dengan berbagai teknologi pertanian atas dasar itulah, terjadi berbagai reaksi terhadap kemajuan pemeluk agama-agama lain. Secara umum, reaksi tersebut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu tradisionalis, modernis, revivalis, dan trans formatif. Penjelasan masing-masing kecenderungan tersebut dapat diikuti pada bagian berikut.

1.      Tradisionalis
Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat islam adalah ketentuan dan rencana Tuhan. Hanya tuhan yang Maha Tahu tentang arti dan hikmah di balik kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Hanya tuhan yang maha tau tentang arti dan hikmah di balik kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Makhluk, termasuk umat Islam, tidak tahu tentang gambaran besar sekenario Tuhan dari perjalanan panjang umat manusia.
Kemunduran dan keterbelakangan umat islam di nilai sebagai "ujian" atas keimanan, dan kita tidak tau malapetaka. Apa yang akan terjadi di balik kemajuan dan pertumbuhan umat manusia (mansour fakih dalam ulumul Qur'an, 1997: 11) yakni bahwa manusia harus menerima ketentuan dan rencana Tuhan yang telah dibentuk sebelumnya. Paham jabariyah yang dilanjutkan oleh aliran Asy'ariah ini menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki free will untuk menciptakan sejarah mereka sendiri.
Banyak diantara mereka yang dalam faktor kehidupan sehari-hari menjalani kehidupan yang sangat modern dan mengasosiasikan diri sebagai golongan modernis namun ketika kembali kepada persoalan teologi dan kaitannya dengan usaha manusia, mereka sesungguhnya lebih banyak dikategorikn sebagai golongan tradisionalis.
2.        Modernis
Dalam masyarakat barat, modernisme mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham dan institusi-institusi lama untuk di sesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, modern (modernis, pelaku) lebih mengacu pada dorongan untuk melakukan perubahan karena paham-paham dan institusi-institusi lama di nilai "tidak relavan".
Kaum modernis percaya bahwa keterbelakangan umat islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental, budaya, atau teknologi mereka, pandangan kaum modernis merujuk pada pemikiran modernis muktazillah yang cenderung bersifat antroposentris dengan doktrinnya yang sangat terkenal, yaitu ushul al-khamsah. Akar teologi muktazilah dalam bidang af'al al-'ibad (perubahan manusia) adalah qadariyah sebagai anti tesis dari jabariyah diantara mereka adalah Muhammad Abduh di mesir dan Muthafa Kamal Attatruk di Turki. Oleh karena itu mereka juga dikenal sebagai golongan purifikasi.
Asumsi dasar hukum modernis adalah bahwa keterbelakangan umat islam karena mereka melakukan sakralisasi terhadap semua bidang kehidupan. Oleh karena itu, mereka cenderung melihat nilai-nilai sikap mental, kreativitas, budaya dan paham teologi sebagai pokok permasalahan mereka menganjurkan agar kaum tradisionalis mengubah teologi mereka, dari teologi jabariyah kepada teologi rasional dan kreatif yang cocok dengan globalisasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang handal, melalui pendidikan dengan menciptakan sekolah unggulan.

3.    Revivalis –Fundamentalis
Kecenderungan umat islam ketiga dalam menghadapi globalisasi adalah revivalis. Revivalis menjelaskan faktor alam (internal) dan faktor luar (eksternal) sebagai dasar analisis tentang kemunduran umat islam. Bagi revivalis, umat islam terbelakang karena mereka justru menggunakan idiologi atau "isme" lain sebagai dasar pijakan  dari pada menggunakan al-Qur'an sebagai acuan dasar. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa al-Qur'an pada dasarnya telah menyediakan petunjuk secara komplit, jelas dan sempurna sebagai dasar bermasyarakat dan bernegara. Karena itulah, mereka juga disebut kaum fundamentalis; mereka di pinggirkan oleh kaum devolopmentalis karena dianggap sebagai ancaman bagi kapitalisme, dengan demikian, revivalis bagi kalangan developmentalis, indentik dengan fundamentalis.

4.     Transformatif
Gagasan trans formatif  merupakan alternatif dari ketiga respons umat islam di atas, mereka (penggagas trans formatif) percaya bahwa keterbelakangan umat islam disebabkan oleh ketidakadilan sistem dan struktur ekonomi, politik, dan kultur. Oleh karena itu agenda mereka adalah melakukan transformatif terhadap struktur melalui penciptaan relasi yang secara fundamental baru dan lebih adil dalam bidang ekonomi, politik dan kultur.
Demikian kita telah mengetahui empat respon umat islam terhadap globalisasi, yaitu konservatif-tradisional, modernis, revivalis-funda mentalis, dan tranformatif. Sedangkan melihat respon umat islam  terhadap tradisi  lokal Indonesia, bahwa respons umat islam terhadap tradisi dapat dibedakan menjadi dua: kaum tua dan kaum muda. Kaum tua adalah kelompok yang cenderung membiarkan dan bahkan melestarikan tradisi, sedangkan kaum muda sebaliknya cenderung menentang tradisi dan ingin membersihkan praktik islam dari pengaruh bid'ah dan khurafah.



































BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung pengertian pikiran, aliran gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pembaharuan yang dianjurkan dalam islam bukanlah westernisasi dalam arti pembaratan dalam cara pikir, bertingkah laku yang bertentangan dengan ajaran islam, akan tetapi pemikiran terhadap agama yang harus diperbaharui dan direformir, pemikiran modern yang menimbulkan reformir dalam agama, dan hal ini tidaklah mungkin timbul dari pola berpikir yang sempit. Secara umum, reaksi pemikiran islam terhadap globalisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1.      Tradisionalis
2.      Modernis
3.      Revivalis
4.      Transformatif.


DAFTAR PUSTAKA

Aida Ridha.2005.Liberalisme dan komunitafianisme.Demokrasi Vol.IV No 2
Sholeh Sumidi.2014.Islam dan Modernisme.Islamuna.Volume 1 Nomor 1
Khusnul Khotimah.2009.Islam dan Globalisasi.Komunika Vol 3





Comments

Post a Comment